Sebuah
penelitian medis baru-baru ini mengungkapkan adanya serangkaian
perubahan dalam tubuh manusia selama ia dalam keadaan berdoa (shalat)
atau meditasi. Menurut penelitian tersebut, perubahan pertama yang
tampak adalah adanya integrasi pikiran sepenuhnya dengan alam semesta
setelah lima puluh detik memulai doa (shalat) atau meditasi.
Studi yang dilakukan oleh Ramchandran, seorang peneliti Amerika,
bersama-sama dengan sekelompok peneliti lainnya menunjukkan bahwa laju
pernapasan dan konsumsi oksigen dalam tubuh manusia berkurang selama doa
(shalat) dalam kisaran antara 20 dan 30%, di samping resistensi kulit
meningkat dan darah tinggi lebih membeku.
Hasil penelitian tersebut melaporkan bahwa sebuah gambar yang
ditangkap melalui CT scan menunjukkan adanya aktivitas kerja otak yang
sangat menakjubkan selama seseorang itu berdoa (shalat). Tercatat bahwa
gambar otak seseorang dalam keadaan berdoa (shalat) atau meditasi
berbeda dengan gambar(otak) dalam keadaan normal.
Aktivitas sel-sel saraf di otak telah berkurang dan terdapat warna mengkilap yang muncul di radiologi.
Ramchandran menegaskan bahwa hasil gambar ini merupakan bukti ilmiah mengenai apa yang yang disebut “spiritual transenden”
dan kehadiran agama di dalam otak, yang membawa dampak terhadap seluruh
anggota, seperti otot, mata, sendi dan keseimbangan organ-organ tubuh.
Ia juga menambahkan bahwa semua anggota tubuh mengirim sinyal ke otak
selama seseorang berdo’a (shalat) atau meditasi, hal inilah yang
menyebabkan aktivitas otak meningkat, sehingga otak kehilangan kontak
dengan tubuh sepenuhnya hanya menjadi pikiran murni dan menarik diri
dari alam dunia ke dunia lain.
Pada gilirannya, penelitian tersebut merupakan upaya yang signifikan
dari para ilmuwan untuk mengungkap batas hambatan antara manusia dan
rahasia otak. Penelitian ini mendapat apresiasi kepuasan dari sebuah
penerbitan Sains di AS. Penelitian ini penting untuk menjelaskan
hubungan antara agama dan ilmu pengetahuan.
Yang perlu diperhatikan bahwa hal ini benar-benar membantah hasil
studi dan penelitian William James, seorang pelopor psikologi agama,
tentang misteri agama dalam otak yang menyimpulkan bahwa ilmu
pengetahuan dan agama adalah dua dunia yang sama sekali berbeda.
Subhanallah…
(saifalbattar/ech-chaab.net/arrahmah.com)
Doa n Zikir
![]() |
Ustaz Arifin Ilham saat menjenguk (alm) Habib Munzir al Musawa saat dirawat di RS |
SubhanAllah, mari kita renungi tentang hikmah sakit. Sakit, sebagaimana juga setiap ujian, bukan menguji ketangguhan dan kemampuan. Sebab sakit Allah beri sudah sesuai dengan takaran dan daya tahannya.
Ia sejatinya menguji kemauan untuk memberi makna. Maka bagi dia yang mampu memberi makna terbaik bagi sakit, insya Allah kemuliaannya diangkat dan membuat malaikat yang selalu sehat takjub.
Sakit adalah jalan kenabian Ayub yang menyejarah. Kesabarannya yang lebih dari batas (disebut dalam sebuah hadits 18 tahun menderita penyakit aneh) diabadikan jadi teladan semesta. Dan atas kenyataan sejarah tersebut, hari ini cobalah bercermin kepadanya. Hari ini pula kita bisa bercermin kepada sosok-sosok mulia yang pernah juga sakit.
Sakit, yang di ujung penggal kehidupan mereka yang ditemukan adalah kemuliaan serta terus bertambah derajat kemuliaanya di mata Allah. Imam As-Syafi’i wasir sebab banyak duduk menelaah ilmu; Imam Malik lumpuh tangannya dizhalimi penguasa; Nabi tercinta kita pun pernah sakit oleh racun paha kambing di Khaibar yang menyelusup melalui celah gigi yang patah di perang Uhud. Bukankah setelah akhirnya sakit, semuanya semakin mulia di mata Allah bahkan juga di mata sejarah manusia.
Sakit itu zikrullah. Mereka yang menderitanya akan lebih sering dan syahdu menyebut Asma Allah dibanding ketika dalam sehatnya. Sakit itu istighfar. Dosa-dosa akan mudah teringat, jika datang sakit. Sehingga lisan terbimbing untuk mohon ampun. Sakit itu tauhid. Bukankah saat sedang hebat rasa sakit, kalimat thoyyibat yang akan terus digetar? Sakit itu muhasabah. Dia yang sakit akan punya lebih banyak waktu untuk merenungi diri dalam sepi, menghitung-hitung bekal kembali. Sakit itu jihad. Dia yang sakit tak boleh menyerah kalah; diwajibkan terus berikhtiar, berjuang demi kesembuhannya.
Bahkan sakit itu ilmu. Bukankah ketika sakit, dia akan memeriksa, berkonsultasi dan pada akhirnya merawat diri untuk berikutnya ada ilmu untuk tidak mudah kena sakit. Sakit itu nasihat. Yang sakit mengingatkan si sehat untuk jaga diri. Yang sehat hibur si sakit agar mau bersabar. Allah cinta dan sayang keduanya. Sakit itu silaturrahim. Saat jenguk, bukankah keluarga yang jarang datang akhirnya datang membesuk, penuh senyum dan rindu mesra? Karena itu pula sakit adalah perekat ukhuwah. Sakit itu gugur dosa. Barang haram tercelup di tubuh dilarutkan di dunia, anggota badan yang sakit dinyerikan dan dicuci-Nya. Sakit itu mustajab doa. Imam As-Suyuthi keliling kota mencari orang sakit lalu minta didoakan oleh yang sakit.
Sakit itu salah satu keadaan yang menyulitkan syaitan; diajak maksiat tak mampu-tak mau; dosa lalu malah disesali kemudian diampuni. Sakit itu membuat sedikit tertawa dan banyak menangis; satu sikap keinsyafan yang disukai Nabi dan para makhluk langit. Sakit meningkatkan kualitas ibadah; rukuk-sujud lebh khusyuk, tasbih-istighfar lebih sering, tahiyyat-doa jadi lebih lama. Sakit itu memperbaiki akhlak; kesombongan terkikis, sifat tamak dipaksa tunduk, pribadi dibiasakan santun, lembut dan tawadhu.
Dan pada akhirnya sakit membawa kita untuk selalu ingat mati. Mengingat mati dan bersiap amal untuk menyambutnya, adalah pendongkrak derajat ketaqwaan. Karena itu mulailah belajar untuk tetap tersenyum dengan sakit. Wallahu A’lam. [suaraislam]
pkssiak.org - Berikut ini 3 doa perlindungan dari musibah dan bencana sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam hadits-hadits shahih:
Doa Pertama
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَدْمِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ التَّرَدِّى وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْغَرَقِ وَالْحَرَقِ وَالْهَرَمِ وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ يَتَخَبَّطَنِى الشَّيْطَانُ عِنْدَ الْمَوْتِ وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أَمُوتَ فِى سَبِيلِكَ مُدْبِرًا وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أَمُوتَ لَدِيغًا
Doa kedua
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ التَّرَدِّي وَالْهَدْمِ وَالْغَرَقِ وَالْحَرِيقِ وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ يَتَخَبَّطَنِي الشَّيْطَانُ عِنْدَ الْمَوْتِ وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أَمُوتَ فِي سَبِيلِكَ مُدْبِرًا وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أَمُوتَ لَدِيغًا
Doa ketiga
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ جَهْدِ البَلاَءِ، وَدَرَكِ الشَّقَاءِ، وَسُوءِ القَضَاءِ، وَشَمَاتَةِ الأَعْدَاءِ
Do'a Saat Berbuka Puasa dan Moment Mustajab Lainnya
اللّهُمَّ طَهِّرْ مِصْرَ مِنْ الظَّالِمِيْنَ وَالْمُفْسِدِيْنَ وَالمُتَآمِرِيْنَ وَالْخَائِنِيْنَ
"Ya Allah, bersihkan Mesir dari orang2 zalim, perusak, perencana jahat & pengkhianat"
اللّهُمَّ إِنَّا نَجْعَلُكَ فِي نُحُوْرِهِمْ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شُرُوْرِهِمْ
"Ya Allah, kami berlindung dan berserah diri sepenuhnya kepada Mu dari kejahatan mereka"
اللّهُمَّ ارْحَمْ شُهَدَاءَ ثَوْرَتِنَا .. وَ وَاسِ جَرْحَانَا
"Ya Allah rahmatilah para syuhada revolusi kami .. ringankanlah derita mereka yg terluka"
اللّهُمَّ وَحِّدْ صَفَّنَا، وَاجْمَعْ عَلَى الْحَقِّ كَلِمَتَنَا
"Ya Allah, satu padukan barisan kami, dan himpunlah fikiran, hati
& ucapan/ prinsip kami (Kalimatunaa) dalam kebenaran"
اِجْعَلْ بَأْسَنَا عَلَى عَدُوِّنَا، وَلاَ تَجْعَلْ بَأْسَنَا بَيْنَنَا
"Ya Allah, jadikanlah kekuatan kami petaka bagi musuh kami, dan jangan kau jadikan kami saling adu kekuatan"
اللّهُمَّ احْفَظْ مِصْرَنَا أَمْنًا وَأَمَانًا .. سِلْمًا وَسَلاَمًا
"Ya Allah, jagalah Mesir kami hingga selalu aman & nyaman"
اللّهُمَّ اجْعَلْ هذِهِ الأَيَّامَ بَرْدًا وَسَلاَمًا عَلَى مِصْرَ وَالْمِصْرِيِّيْنَ
"Ya Allah, jadikanlah hari2 sekarang & kedepan ini hari2 yg
penuh kesejukan dan aman-nyaman bagi Mesir &
penduduknya"
اللّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنْ
أَهْلِ الْحَقِّ، وَمِنْ أَنْصَارِ الْحَقِّ, أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا
وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ, حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ
"Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam orang2 yg benar, dan bersama
barisan pejuang kebenaran, tunjukilah kami kebenaran yg nyata, lalu
karuniailah kami kekuatan untuk mengikuti kebenaran ini, hanya Engkaulah
Ya Allah sebaik-baik penolong-pelindung kami"
اللّهُمَّ طَهِّرْ مِصْرَ مِنْ الظَّالِمِيْنَ وَالْمُفْسِدِيْنَ وَالمُتَآمِرِيْنَ وَالْخَائِنِيْنَ
"Ya Allah, bersihkan Mesir dari orang2 zalim, perusak, perencana jahat & pengkhianat"
اللّهُمَّ إِنَّا نَجْعَلُكَ فِي نُحُوْرِهِمْ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شُرُوْرِهِمْ
"Ya Allah, kami berlindung dan berserah diri sepenuhnya kepada Mu dari kejahatan mereka"
اللّهُمَّ ارْحَمْ شُهَدَاءَ ثَوْرَتِنَا .. وَ وَاسِ جَرْحَانَا
"Ya Allah rahmatilah para syuhada revolusi kami .. ringankanlah derita mereka yg terluka"
اللّهُمَّ وَحِّدْ صَفَّنَا، وَاجْمَعْ عَلَى الْحَقِّ كَلِمَتَنَا
"Ya Allah, satu padukan barisan kami, dan himpunlah fikiran, hati
& ucapan/ prinsip kami (Kalimatunaa) dalam kebenaran"
اِجْعَلْ بَأْسَنَا عَلَى عَدُوِّنَا، وَلاَ تَجْعَلْ بَأْسَنَا بَيْنَنَا
"Ya Allah, jadikanlah kekuatan kami petaka bagi musuh kami, dan jangan kau jadikan kami saling adu kekuatan"
اللّهُمَّ احْفَظْ مِصْرَنَا أَمْنًا وَأَمَانًا .. سِلْمًا وَسَلاَمًا
"Ya Allah, jagalah Mesir kami hingga selalu aman & nyaman"
اللّهُمَّ اجْعَلْ هذِهِ الأَيَّامَ بَرْدًا وَسَلاَمًا عَلَى مِصْرَ وَالْمِصْرِيِّيْنَ
"Ya Allah, jadikanlah hari2 sekarang & kedepan ini hari2 yg
penuh kesejukan dan aman-nyaman bagi Mesir &
penduduknya"
اللّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنْ
أَهْلِ الْحَقِّ، وَمِنْ أَنْصَارِ الْحَقِّ, أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا
وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ, حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ
"Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam orang2 yg benar, dan bersama
barisan pejuang kebenaran, tunjukilah kami kebenaran yg nyata, lalu
karuniailah kami kekuatan untuk mengikuti kebenaran ini, hanya Engkaulah
Ya Allah sebaik-baik penolong-pelindung kami"[facebook]
“Sesungguhnya pada hari Jum’at itu terdapat satu waktu yang tidaklah seorang hamba Muslim berdiri berdoa memohon kebaikan kepada Allah bertepatan pada saat itu, melainkan Dia akan mengabulkannya.”Lalu beliau mengisyaratkan dengan tangannya, yang kami pahami, untuk menunjukkan masanya yang tidak lama (sangat singkat).” (Muttafaqun ‘Alaih)
-
Plus 4.000 artikel Islami, 6.000 kitab, serta nasyid walimah & jihad.
digitalhuda.com/?f1
-
Peluang Usaha Sambil Ibadah, Perwakilan Biro Umrah-Haji Plus dan Raih Reward Ratusan Juta Rupiah.
www.rumahhajidanumrah.com
-
Pusat Belanja Buku Islam Online Lengkap Dan Murni.
tokopedia.com/tokobukumuslim
-
Film Rasulullah Muhammad SAW, Umar bin Khattab, Nabi Yusuf, Konspirasi Dajjal Akhir Zaman.
rubystore.wordpress.com/
Para ulama berselisih pendapat mengenai waktu mustajab untuk berdoa tersebut. Waktu mustajab tersebut pernah diberitahukan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala mengangkat kembali ilmu itu, sebagaimana yang terjadi dalam waktu Lailatul Qadar.
Diriwayatkan, dari Sa’id bin Al Harits, dari Abu Salamah berkata, “Aku menyampaikan kepada Abu Sa’id, ‘Sesungguhnya Abu Hurairah menyampaikan kepada kami perilah satu waktu yang ada di hari Jum’at.’ Beliau berkata, ‘Aku pernah menanyakannya kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, lalu beliau menjawab, “Sungguh aku dulu diberitahu tentangnya kemudian aku dijadikan lupa sebagaimana dijadikan lupa terhadap Lailatul Qadar.” (HR Ahmad dalam Musnad-nya dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah)
Ibnul Hajar dalam Fathul Bari (II/416-421) menyebutkan ada 43 pendapat di antara para ulama mengenai suatu waktu yang terdapat pada hari Jum’at itu. Beliau mengatakan, “Setiap riwayat yang menyebutkan penentuan waktu mustajab di hari Jum’at secara marfu’ (sampai Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam) memiliki wahm (kekeliruan).”
Berikut ini dua pendapat terkuat mengenai waktu mustajab tersebut:
1. Sejak Duduknya Imam Di Atas Mimbar Sampai Dengan Berakhirnya Shalat
Dalilnya adalah hadits Abu Burdah bin Abi Musa Al ‘Asy’ari, dia bercerita: “Abdullah bin Umar pernah berkata kepadaku: ‘Apakah engkau pernah mendengar ayahmu menyampaikan hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengenai satu waktu yang terdapat pada hari Jum’at?’ Aku (Abu Burdah) menjawab, “Ya, aku pernah mendengarnya berkata, aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Saat itu berlangsung antara duduknya imam sampai selesainya shalat.” (HR. Muslim)
Namun, waktu istijabah ini tidak penuh sejak duduknya imam di mimbar sampai selesainya shalat. Dia datangnya kadang-kadang berdasarkan lafadz hadits, “yuqalliluhaa” (sangat sebentar).
Imam Ash Shan’ani Rahimahullah dalam Subulus Salam, menyebutkan keberadaannya terkadang di awal, tengah, atau di akhir. Misalnya diawali sejak dimulainya khutbah dan habis ketika selesainya shalat.
2. Di Akhir Waktu Setelah ‘Ashar
Dari Jabir bin Abdillah Radhiyallah ‘Anhu, dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda: “Hari Jum’at terdiri dari 12 waktu, di dalamnya terdapat satu waktu yang tidaklah seorang muslim pada saat itu memohon sesuatu kepada Allah, melainkan Dia akan mengabulkan permintaannya. Oleh karena itu, carilah saat tersebut pada akhir waktu setelah ‘Ashar.” (HR An Nasa’i dan Abu Dawud. Disahihkan oleh Ibnul Hajar dalam Fathul Bari)
Dari Abdullah bin Salam, dia bercerita: “Aku berkata, ‘Sesungguhnya kami mendapatkan di dalam Kitabullah bahwa pada hari Jum’at terdapat satu saat yang tidaklah seorang hamba mukmin bertepatan dengannya lalu berdoa memohon sesuatu kepada Allah, melainkan akan dipenuhi permintaannya.’ Lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengisyaratkan dengan tangannya bahwa itu hanya sebagian saat. Kemudian Abdullah bin Salam bertanya; ‘kapan saat itu berlangsung?’ beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, “saat itu berlangsung pada akhir waktu siang.” Setelah itu Abdullah bertanya lagi, ‘bukankah saat itu bukan waktu shalat?’ Beliau menjawab, “Benar, sesungguhnya seorang hamba mukmin jika mengerjakan shalat kemudian duduk, tidak menahannya kecuali shalat, melainkan dia berada di dalam shalat.” (HR. Ibnu Majah, shahih)
Manakah Yang Lebih Kuat?
Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fathul Bari mengatakan, “Tidak diragukan lagi bahwa pendapat yang paling rajih (kuat) adalah hadits Abu Musa dan hadits Abdullah bin Salam . . . , namun para ulama salaf masih berbeda pendapat manakah dari keduanya yang lebih rajih.”
Selanjutnya Ibnu Hajar menjelaskan, mayoritas ulama, seperti Imam Ahmad dan lainnya, mentarjih bahwa waktu tersebut terdapat pada akhir waktu dari hari Jum’at. Di akhir ucapannya, Ibnul Hajar cenderung kepada pendapat Ibnul Qayyim, yaitu pengabulan doa itu diharapkan juga pada saat shalat Jum’at. Sehingga kedua waktu tersebut merupakan waktu ijabah (pengabulan) doa, meskipun saat yang khusus itu ada di ujung hari setelah waktu shalat ‘Ashar. [fimadani.com]

Dua pasukan telah berhadap-hadapan.
Pasukan Al Haq yang dipimpin oleh Rasulullah dan pasukan Al Bathil yang
dipimpin Abu Jahal telah saling melihat dan bersiaga di Badar, hari itu.
Di malam menjelang pertempuran, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan doa yang penuh kepasrahan, ketundukan dan kekhusyu’an. Sampai-sampai mantel beliau terjatuh dari pundaknya. Bahkan Abu Bakar yang turut menemani beliau berdoa sampai berkata sambil menangis: “Cukup wahai Rasulullah, cukup wahai Rasulullah.”
Dalam doanya itu, Rasulullah menyerahkan kelangsungan umat yang beribadah kepada Allah ini kepada-Nya. “Ya Allah, jika pasukan ini hancur pada hari ini, tentu Engkau tidak akan disembah lagi,” doa Rasulullah diselingi isak tangis, “ya Allah, kecuali Engkau menghendaki untuk tidak disembah lagi setelah hari ini.”
Pada kelompok yang bersebarangan, Abu Jahal pun memanjatkan “doa” kepada Allah. Ia katakan “Ya Allah! Dia (Muhammad) telah menyebabkan hubungan persaudaraan antar sesama kami terputus, dia telah datang kepada kami dengan sesuat yang tidak kami kenal, karenanya, hancurkanlah dia esok hari.”
Malam itu benar-benar terjadi “perang doa”. Satu doa dipanjatkan oleh Al Amin, seseorang yang ’azizun ‘alaihi maa anittum, hariisun ‘alaikum bil mu’miniina ra’uufur-rahiim dan telah dinyatakan Allah sebagai orang yang ’ala khuluqin ‘adhiim. Sedangkan doa yang lain dipanjatkan oleh orang yang menghabiskan segala potensinya untuk menghambat dan menghadang laju dakwah.
Malam itu terjadi perang doa, antara seorang yang tawadhu, tawakkal, khusyu’, bercita-cita mulia serta tajarud, melawan doa orang yang congkak, bengis, arogan, riya’ dan bercita-cita kotor.
Al Qur’an dan sejarah kemudian mencatat, kemenangan berpihak kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan tidak berpihak kepada Abu Jahal.
Al Qur’an dan sejarah kemudian mencatat, kemenangan berpihak kepada ’ala khuluqin ‘adhiim, dan tidak berpihak kepada penghambat laju dakwah.
Al Qur’an dan sejarah kemudian mencatat, kemenangan berpihak kepada kelompok yang tawadhu, tawakkal, khusyu’, bercita-cita mulia serta tajarud. Tidak berpihak kepada orang-orang yang congkak, bengis, arogan, riya’ dan bercita-cita kotor.
Saudaraku, jika engkau mendapati hari ini tengah dan akan berlangsung “peperangan” antara haq dan bathil, pertempuran untuk memenangkan dakwah atas para penentangnya, berdoalah kepada Allah. Berdoalah yang khusyu’ penuh harap, diiringi tawakkal dan keyakinan bahwa kemenangan dari Allah. Bisa jadi musuhmu juga berdoa hingga terulang perang doa. Maka bersungguhlah dalam berdoa. Contohlah nabimu yang menangis dan mengulang-ulang doanya. Contohlah nabimu yang tidak mempedulikan mantelnya terjatuh dan dinginnya malam badar menusuk tulang. Sebab ia khusyu’ dengan doanya. [Disarikan dari Rambu-rambu Amal, karya Ust Musyaffa A. Rahim/BeDa]
Di malam menjelang pertempuran, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan doa yang penuh kepasrahan, ketundukan dan kekhusyu’an. Sampai-sampai mantel beliau terjatuh dari pundaknya. Bahkan Abu Bakar yang turut menemani beliau berdoa sampai berkata sambil menangis: “Cukup wahai Rasulullah, cukup wahai Rasulullah.”
Dalam doanya itu, Rasulullah menyerahkan kelangsungan umat yang beribadah kepada Allah ini kepada-Nya. “Ya Allah, jika pasukan ini hancur pada hari ini, tentu Engkau tidak akan disembah lagi,” doa Rasulullah diselingi isak tangis, “ya Allah, kecuali Engkau menghendaki untuk tidak disembah lagi setelah hari ini.”
Pada kelompok yang bersebarangan, Abu Jahal pun memanjatkan “doa” kepada Allah. Ia katakan “Ya Allah! Dia (Muhammad) telah menyebabkan hubungan persaudaraan antar sesama kami terputus, dia telah datang kepada kami dengan sesuat yang tidak kami kenal, karenanya, hancurkanlah dia esok hari.”
Malam itu benar-benar terjadi “perang doa”. Satu doa dipanjatkan oleh Al Amin, seseorang yang ’azizun ‘alaihi maa anittum, hariisun ‘alaikum bil mu’miniina ra’uufur-rahiim dan telah dinyatakan Allah sebagai orang yang ’ala khuluqin ‘adhiim. Sedangkan doa yang lain dipanjatkan oleh orang yang menghabiskan segala potensinya untuk menghambat dan menghadang laju dakwah.
Malam itu terjadi perang doa, antara seorang yang tawadhu, tawakkal, khusyu’, bercita-cita mulia serta tajarud, melawan doa orang yang congkak, bengis, arogan, riya’ dan bercita-cita kotor.
Al Qur’an dan sejarah kemudian mencatat, kemenangan berpihak kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan tidak berpihak kepada Abu Jahal.
Al Qur’an dan sejarah kemudian mencatat, kemenangan berpihak kepada ’ala khuluqin ‘adhiim, dan tidak berpihak kepada penghambat laju dakwah.
Al Qur’an dan sejarah kemudian mencatat, kemenangan berpihak kepada kelompok yang tawadhu, tawakkal, khusyu’, bercita-cita mulia serta tajarud. Tidak berpihak kepada orang-orang yang congkak, bengis, arogan, riya’ dan bercita-cita kotor.
Saudaraku, jika engkau mendapati hari ini tengah dan akan berlangsung “peperangan” antara haq dan bathil, pertempuran untuk memenangkan dakwah atas para penentangnya, berdoalah kepada Allah. Berdoalah yang khusyu’ penuh harap, diiringi tawakkal dan keyakinan bahwa kemenangan dari Allah. Bisa jadi musuhmu juga berdoa hingga terulang perang doa. Maka bersungguhlah dalam berdoa. Contohlah nabimu yang menangis dan mengulang-ulang doanya. Contohlah nabimu yang tidak mempedulikan mantelnya terjatuh dan dinginnya malam badar menusuk tulang. Sebab ia khusyu’ dengan doanya. [Disarikan dari Rambu-rambu Amal, karya Ust Musyaffa A. Rahim/BeDa]

![]() |
Doa Ketika Turun Hujan |
Segala puji bagi Allah, pada saat ini Allah telah menganugerahkan kita suatu karunia dengan menurunkan hujan melalui kumpulan awan. Allah Ta'ala berfirman,
أَفَرَأَيْتُمُ الْمَاءَ الَّذِي تَشْرَبُونَ (68) أَأَنْتُمْ أَنْزَلْتُمُوهُ مِنَ الْمُزْنِ أَمْ نَحْنُ الْمُنْزِلُونَ (69)
"Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya atau Kamikah yang menurunkannya?" (QS. Al Waqi'ah [56] : 68-69)Begitu juga firman Allah Ta'ala,
وَأَنْزَلْنَا مِنَ الْمُعْصِرَاتِ مَاءً ثَجَّاجًا (14)
"Dan Kami turunkan dari awan air yang banyak tercurah." (QS. An Naba' [78] : 14)Allah Ta'ala juga berfirman,
فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ
"Maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya." (QS. An Nur [24] : 43) yaitu dari celah-celah awan.[1]Merupakan tanda kekuasaan Allah Ta'ala, kesendirian-Nya dalam menguasai dan mengatur alam semesta, Allah menurunkan hujan pada tanah yang tandus yang tidak tumbuh tanaman sehingga pada tanah tersebut tumbuhlah tanaman yang indah untuk dipandang. Allah Ta'ala telah mengatakan yang demikian dalam firman-Nya,
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنَّكَ تَرَى الأرْضَ خَاشِعَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ إِنَّ الَّذِي أَحْيَاهَا لَمُحْيِي الْمَوْتَى إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
"Dan di antara tanda-tanda-Nya (ialah) bahwa kau lihat bumi kering dan gersang, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya, Pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. Fushshilat [41] : 39). Itulah hujan, yang Allah turunkan untuk menghidupkan tanah yang mati. Sebagaimana pembaca dapat melihat pada daerah yang kering dan jarang sekali dijumpai air seperti Gunung Kidul, tatkala hujan itu turun, datanglah keberkahan dengan mekarnya kembali berbagai tanaman dan pohon jati kembali hidup setelah sebelumnya kering tanpa daun. Sungguh ini adalah suatu kenikmatan yang amat besar.Sebagai tanda syukur kepada Allah atas nikmat hujan yang telah diberikan ini, sebaiknya kita mengilmui beberapa hal seputar musim hujan. Untuk tulisan pertama, kami akan menjelaskan amalan-amalan yang semestinya dilakukan seorang muslim ketika hujan turun. Setelah itu, kita akan memperjari fenomena kilatan petir dan geledek. Dan terakhir kita akan mengkaji bersama mengenai beberapa keringanan di musim penghujan. Semoga bermanfaat.
:: Beberapa Amalan Ketika Turun Hujan ::
[1] Keadaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam Tatkala Mendung
Ketika muncul mendung, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu khawatir, jangan-jangan akan datang adzab dan kemurkaan Allah. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata,
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَأَى نَاشِئاً فِي أُفُقٍ مِنْ آفَاِق السَمَاءِ، تَرَكَ عَمَلَهُ- وَإِنْ كَانَ فِي صَلَاةٍ- ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْهِ؛ فَإِنْ كَشَفَهُ اللهُ حَمِدَ اللهَ، وَإِنْ مَطَرَتْ قَالَ: "اللَّهُمَّ صَيِّباً نَافِعاً"
"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila melihat awan (yang belum berkumpul sempurna, pen) di salah satu ufuk langit, beliau meninggalkan aktivitasnya –meskipun dalam shalat- kemudian beliau kembali melakukannya lagi (jika hujan sudah selesai, pen). Ketika awan tadi telah hilang, beliau memuji Allah. Namun, jika turun hujan, beliau mengucapkan, "Allahumma shoyyiban nafi'an" [Ya Allah jadikanlah hujan ini sebagi hujan yang bermanfaat]."[2]'Aisyah radhiyallahu 'anha berkata,
كَانَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - إِذَا رَأَى مَخِيلَةً فِى السَّمَاءِ أَقْبَلَ وَأَدْبَرَ وَدَخَلَ وَخَرَجَ وَتَغَيَّرَ وَجْهُهُ ، فَإِذَا أَمْطَرَتِ السَّمَاءُ سُرِّىَ عَنْهُ ، فَعَرَّفَتْهُ عَائِشَةُ ذَلِكَ ، فَقَالَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - « مَا أَدْرِى لَعَلَّهُ كَمَا قَالَ قَوْمٌ ( فَلَمَّا رَأَوْهُ عَارِضًا مُسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ ) »
"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam apabila melihat mendung di langit, beliau beranjak ke depan, ke belakang atau beralih masuk atau keluar, dan berubahlah raut wajah beliau. Apabila hujan turun, beliau shallallahu 'alaihi wa sallam mulai menenangkan hatinya. 'Aisyah sudah memaklumi jika beliau melakukan seperti itu. Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallammengatakan, "Aku tidak mengetahui apa ini, seakan-akan inilah yang terjadi (pada Kaum 'Aad) sebagaimana Allah berfirman (yang artinya), "Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka." (QS. Al Ahqaf [46] : 24)"[3]Ibnu Hajar mengatakan, "Hadits ini menunjukkan bahwa seharusnya seseorang menjadi kusut pikirannya jika ia mengingat-ingat apa yang terjadi pada umat di masa silam dan ini merupakan peringatan agar ia selalu merasa takut akan adzab sebagaimana ditimpakan kepada mereka yaitu umat-umat sebelumnya."[4]
[2] Mensyukuri Nikmat Turunnya Hujan
Apabila Allah memberi nikmat hujan, dianjurkan bagi seorang muslim dalam rangka bersyukur kepada-Nya untuk membaca do'a,
اللَّهُمَّ صَيِّباً ناَفِعاً
"Allahumma shoyyiban naafi'aa [Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat]."Itulah yang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ucapkan ketika melihat turunnya hujan. Hal ini berdasarkan hadits dari Ummul Mukminin, 'Aisyah radhiyallahu 'anha,
إِنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ إِذَا رَأَى الْمَطَرَ قَالَ « اللَّهُمَّ صَيِّباً نَافِعاً »
"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketika melihat turunnya hujan, beliau mengucapkan, "Allahumma shoyyiban nafi'an" [Ya Allah turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat]".[5]Ibnu Baththol mengatakan, "Hadits ini berisi anjuran untuk berdo'a ketika turun hujan agar kebaikan dan keberkahan semakin bertambah, begitu pula semakin banyak kemanfaatan."
Al Khottobi mengatakan, "Air hujan yang mengalir adalah suatu karunia."[6]
[3] Turunnya Hujan, Kesempatan Terbaik untuk Memanjatkan Do'a
Ibnu Qudamah dalam Al Mughni[7] mengatakan, "Dianjurkan untuk berdo'a ketika turunnya hujan, sebagaimana diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
اُطْلُبُوا اسْتِجَابَةَ الدُّعَاءِ عِنْدَ ثَلَاثٍ : عِنْدَ الْتِقَاءِ الْجُيُوشِ ، وَإِقَامَةِ الصَّلَاةِ ، وَنُزُولِ الْغَيْثِ
'Carilah do'a yang mustajab pada tiga keadaan : [1] Bertemunya dua pasukan, [2] Menjelang shalat dilaksanakan, dan [3] Saat hujan turun."[8]Begitu juga terdapat hadits dari Sahl bin Sa'd, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
ثِنْتَانِ مَا تُرَدَّانِ الدُّعَاءُ عِنْدَ النِّدَاءِ وَ تَحْتَ المَطَرِ
"Dua do'a yang tidak akan ditolak: [1] do'a ketika adzan dan [2] do'a ketika ketika turunnya hujan."[9][4] Ketika Terjadi Hujan Lebat
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam suatu saat pernah meminta diturunkan hujan. Kemudian ketika hujan turun begitu lebatnya, beliau memohon pada Allah agar cuaca kembali menjadi cerah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo'a,
اللَّهُمّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا,اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالْجِبَالِ وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ
"Allahumma haawalaina wa laa 'alaina. Allahumma 'alal aakami wal jibaali, wazh zhiroobi, wa buthunil awdiyati, wa manaabitisy syajari [Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami. Ya Allah, turukanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan]."[10]Ibnul Qayyim mengatakan, "Ketika hujan semakin lebat, para sahabat meminta pada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam supaya berdo'a agar cuaca kembali menjadi cerah. Akhirnya beliau membaca do'a di atas."[11]
Syaikh Sholih As Sadlan mengatakan bahwa do'a di atas dibaca ketika hujan semakin lebat atau khawatir hujan akan membawa dampak bahaya.[12]
[5] Mengambil Berkah dari Air Hujan
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, "Kami pernah kehujanan bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyingkap bajunya hingga terguyur hujan. Kemudian kami mengatakan, "Wahai Rasulullah, mengapa engkau melakukan demikian?" Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لأَنَّهُ حَدِيثُ عَهْدٍ بِرَبِّهِ تَعَالَى
"Karena hujan ini baru saja Allah ciptakan."[13]An Nawawi menjelaskan, "Makna hadits ini adalah hujan itu rahmat yaitu rahmat yang baru saja diciptakan oleh Allah Ta'ala. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertabaruk (mengambil berkah) dari hujan tersebut."[14]
An Nawawi selanjutnya mengatakan, "Dalam hadits ini terdapat dalil bagi ulama Syafi'iyyah tentang dianjurkannya menyingkap sebagian badan (selain aurat) pada awal turunnya hujan, agar terguyur air hujan tersebut. Dan mereka juga berdalil dari hadits ini bahwa seseorang yang tidak memiliki keutamaan, apabila melihat orang yang lebih berilmu melakukan sesuatu yang ia tidak ketahui, hendaknya ia menanyakannya untuk diajari lalu dia mengamalkannya dan mengajarkannya pada yang lain."[15]
Dalam hal mencari berkah dengan air hujan dicontohkan pula oleh sahabat Ibnu ‘Abbas. Beliau berkata,
أَنَّهُ كَانَ إِذَا أَمْطَرَتِ السَّمَاءُ، يَقُوْلُ: "يَا جَارِيَّةُ ! أَخْرِجِي سَرْجِي، أَخْرِجِي ثِيَابِي، وَيَقُوْلُ: وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكاً [ق: 9].
"Apabila turun hujan, beliau mengatakan, "Wahai jariyah keluarkanlah pelanaku, juga bajuku"." Lalu beliau membacakan (ayat) [yang artinya], "Dan Kami menurunkan dari langit air yang penuh barokah (banyak manfaatnya)." (QS. Qaaf [50] : 9)" [16][6] Dianjurkan Berwudhu dengan Air Hujan
Ibnu Qudamah mengatakan, "Dianjurkan untuk berwudhu dengan air hujan apabila airnya mengalir deras."[17]
Dari Yazid bin Al Hadi, apabila air yang deras mengalir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
اُخْرُجُوا بِنَا إلَى هَذَا الَّذِي جَعَلَهُ اللَّهُ طَهُورًا ، فَنَتَطَهَّرَمِنْهُ وَنَحْمَدَ اللّهَ عَلَيْهِ
"Keluarlah kalian bersama kami menuju air ini yang telah dijadikan oleh Allah sebagai alat untuk bersuci." Kemudian kami bersuci dengan air tersebut dan memuji Allah atas nikmat ini."[18]Namun, hadits di atas adalah hadits yang lemah karena munqothi' (terputus sanadnya) sebagaimana dikatakan oleh Al Baihaqi[19].
Ada hadits yang serupa dengan hadits di atas dan shahih,
كَانَ يَقُوْلُ إِذَا سَالَ الوَادِي " أُخْرُجُوْا بِنَا إِلَى هَذَا الَّذِي جَعَلَهُ اللهُ طَهُوْرًا فَنَتَطَهَّرُ بِهِ "
"Apabila air mengalir di lembah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, "Keluarlah kalian bersama kami menuju air ini yang telah dijadikan oleh Allah sebagai alat untuk bersuci". Kemudian kami bersuci dengannya."[20][7] Janganlah Mencela Hujan
Sungguh sangat disayangkan sekali, setiap orang sudah mengetahui bahwa hujan merupakan nikmat dari Allah Ta'ala. Namun, ketika hujan dirasa mengganggu aktivitasnya, timbullah kata-kata celaan, "Aduh!! hujan lagi, hujan lagi".
Perlu diketahui bahwa setiap yang seseorang ucapkan, baik yang bernilai dosa atau tidak bernilai dosa dan pahala, semua akan masuk dalam catatan malaikat. Allah Ta'ala berfirman,
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
"Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." (QS. Qaaf [50] : 18)Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى لَهَا بَالاً ، يَرْفَعُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ ، وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى لَهَا بَالاً يَهْوِى بِهَا فِى جَهَنَّمَ
"Sesungguhnya ada seorang hamba berbicara dengan suatu perkataan yang tidak dia pikirkan lalu Allah mengangkat derajatnya disebabkan perkataannya itu. Dan ada juga seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang membuat Allah murka dan tidak pernah dipikirkan bahayanya lalu dia dilemparkan ke dalam jahannam."[21]Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menasehatkan kita agar jangan selalu menjadikan makhluk yang tidak dapat berbuat apa-apa sebagai kambing hitam jika kita mendapatkan sesuatu yang tidak kita sukai. Seperti beliau melarang kita mencela waktu dan angin karena kedua makhluk tersebut tidak dapat berbuat apa-apa.
Dalam sebuah hadits qudsi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta'ala berfirman,
قَالَ اللَّهُ تَعَالَى يُؤْذِينِى ابْنُ آدَمَ ، يَسُبُّ الدَّهْرَ وَأَنَا الدَّهْرُ ، بِيَدِى الأَمْرُ ، أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ
"Manusia menyakiti Aku; dia mencaci maki masa (waktu), padahal Aku adalah pemilik dan pengatur masa, Aku-lah yang mengatur malam dan siang menjadi silih berganti."[22]Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
لاَ تَسُبُّوا الرِّيحَ
"Janganlah kamu mencaci maki angin."[23]Dari dalil di atas terlihat bahwa mencaci maki masa (waktu) dan angin adalah sesuatu yang terlarang. Begitu pula halnya dengan mencaci maki makhluk yang tidak dapat berbuat apa-apa, seperti mencaci maki angin dan hujan adalah terlarang.
Larangan ini bisa termasuk syirik akbar (syirik yang mengeluarkan seseorang dari Islam) jika diyakini makhluk tersebut sebagai pelaku dari kejelekan yang terjadi. Meyakini demikian berarti meyakini bahwa makhluk tersebut yang menjadikan baik dan buruk. Ini sama saja dengan menyatakan ada pencipta selain Allah. Namun, jika diyakini yang menakdirkan adalah Allah sedangkan makhluk-makhluk tersebut bukan pelaku dan hanya sebagai sebab saja, maka seperti ini hukumnya haram, tidak sampai derajat syirik. Dan apabila yang dimaksudkan cuma sekedar pemberitaan, -seperti mengatakan, "Hari ini hujan deras, sehingga kita tidak bisa berangkat ke masjid untuk shalat", tanpa ada tujuan mencela sama sekali maka seperti ini tidaklah mengapa.[24]
Intinya, mencela hujan tidak terlepas dari hal yang terlarang karena itu sama saja orang yang mencela hujan mencela Pencipta hujan yaitu Allah Ta'ala. Ini juga menunjukkan ketidaksabaran pada diri orang yang mencela. Sudah seharusnya lisan ini selalu dijaga. Jangan sampai kita mengeluarkan kata-kata yang dapat membuat Allah murka. Semestinya yang dilakukan ketika turun hujan adalah banyak bersyukur kepada-Nya sebagaimana telah diterangkan dalam point-point sebelumnya.
[8] Berdo'a Setelah Turunnya Hujan
Dari Zaid bin Kholid Al Juhani, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat shubuh bersama kami di Hudaibiyah setelah hujan turun pada malam harinya. Tatkala hendak pergi, beliau menghadap jama'ah shalat, lalu mengatakan, "Apakah kalian mengetahui apa yang dikatakan Rabb kalian?" Kemudian mereka mengatakan,"Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui". Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِى مُؤْمِنٌ بِى وَكَافِرٌ فَأَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ. فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِى وَكَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ وَأَمَّا مَنْ قَالَ مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا. فَذَلِكَ كَافِرٌ بِى مُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ »
"Pada pagi hari, di antara hambaKu ada yang beriman kepadaKu dan ada yang kafir. Siapa yang mengatakan 'Muthirna bi fadhlillahi wa rohmatih' (Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah), maka dialah yang beriman kepadaku dan kufur terhadap bintang-bintang. Sedangkan yang mengatakan ‘Muthirna binnau kadza wa kadza' (Kami diberi hujan karena sebab bintang ini dan ini), maka dialah yang kufur kepadaku dan beriman pada bintang-bintang."[25]Dari hadits ini terdapat dalil untuk mengucapkan ‘Muthirna bi fadhlillahi wa rohmatih' (Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah) setelah turun hujan sebagai tanda syukur atas nikmat hujan yang diberikan.
Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah mengatakan, "Tidak boleh bagi seseorang menyandarkan turunnya hujan karena sebab bintang-bintang. Hal ini bisa termasuk kufur akbar yang menyebabkan seseorang keluar dari Islam jika ia meyakini bahwa bintang tersebut adalah yang menciptakan hujan. Namun kalau menganggap bintang tersebut hanya sebagai sebab, maka seperti ini termasuk kufur ashgor (kufur yang tidak menyebabkan seseorang keluar dari Islam). Ingatlah bahwa bintang tidak memberikan pengaruh terjadinya hujan. Bintang hanya sekedar waktu semata."[26]
Demikian beberapa amalan yang bisa diamalkan ketikan hujan turun.
Semoga Allah memudahkan posting selanjutnya mengenai fenomena kilatan petir dan geledek.
[1] Lihat Majmu' Al Fatawa, Ibnu Taimiyyah, 24/262, Darul Wafa', cetakan ketiga, 1426 H.
[2] Lihat Adabul Mufrod no. 686, dihasankan oleh Syaikh Al Albani
[3] HR. Bukhari no. 3206
[4] Fathul Bari Syarh Shohih Al Bukhari, Ibnu Hajar Al 'Asqolani Asy Syafi'i, 6/301, Darul Ma'rifah, Beirut, 1379 H
[5] HR. Bukhari no. 1032, Ahmad no. 24190, dan An Nasai no. 1523.
[6] Syarh Al Bukhari, Ibnu Baththol, 5/18, Asy Syamilah.
[7] Al Mughni fi Fiqhil Imam Ahmad bin Hambal Asy Syaibani, Ibnu Qudamah Al Maqdisi, 2/294, Darul Fikr, Beirut, cetakan pertama, 1405 H.
[8] Dikeluarkan oleh Imam Syafi'i dalam Al Umm dan Al Baihaqi dalam Al Ma'rifah dari Makhul secara mursal. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Shohihul Jaami' no. 1026.
[9] HR. Al Hakim dan Al Baihaqi. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan. Lihat Shohihul Jaami' no. 3078.
[10] HR. Bukhari no. 1014.
[11] Zaadul Ma'ad, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, 1/439, Muassasah Ar Risalah, cetakan ke-14, tahun 1407 H.
[12] Lihat Dzikru wa Tadzkir, Sholih As Sadlan, hal. 28, Asy Syamilah.
[13] HR. Muslim no. 898.
[14] Syarh Muslim, Yahya bin Syarf An Nawawi, 6/195, Dar Ihya' At Turots Al ‘Arobiy, cetakan kedua, 1392 H.
[15] Syarh Muslim, 6/196.
[16] Lihat Adabul Mufrod no. 1228. Syaikh Al Albani mengatakan sanad hadits ini shohih dan hadits ini mauquf [perkataan sahabat].
[17] Al Mughni, 2/295.
[18] Dikeluarkan oleh Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubro (3/359) dan Tuhfatul Muhtaj (1/567). Dikeluarkan pula oleh An Nawawi dalam Al Khulashoh (2/884) dan Ibnu Katsir dalam Irsyadul Faqih (1/216) [dinukil dari http://dorar.net ]. Lihat pula Zaadul Ma'ad, Ibnul Qayyim, 1/439. Hadits ini adalah hadits yang lemah karena munqothi' yaitu ada sanad yang terputus.
[19] Syaikh Al Albani dalam Dho'if Al Jaami' no. 4416 mengatakan bahwa hadits ini dho'if.
[20] HR. Muslim, Abu Daud, Al Baihaqi, dan Ahmad. Lihat Irwa'ul Gholil no. 679. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits inishahih.
[21] HR. Bukhari no. 6478.
[22] HR. Bukhari no. 4826 dan Muslim no. 2246, dari Abu Hurairah.
[23] HR. Tirmidzi no. 2252, dari Abu Ka'ab. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.
[24] Faedah dari guru kami Ustadz Abu Isa hafizhohullah. Lihat buah pena beliau "Mutiara Faedah Kitab Tauhid", hal. 227-231, Pustaka Muslim, cetakan pertama, Jumadal Ula 1428 H.
[25] HR. Bukhari no. 846 dan Muslim no. 71, dari Kholid Al Juhaniy.
[26] Kutub wa Rosa'il Lil ‘Utsaimin, 170/20, Asy Syamilah.
Langganan:
Postingan (Atom)
Terpopuler
- Siak Terima Penghargaan Pelayanan Publik Terbaik Tingkat Nasional Tahun 2014
- Teratur Mengonsumsi Junk Food Berisiko Terserang Depresi
- Ahmad Fathanah Minta Maaf Kepada PKS
- Struktur Organisasi PKS Pusat
- Politik Upah Buruh... | by @herlini_amran
- Sejarah Singkat Minas dan Explorasi Minyak Nasional
- Orang-orang Yang Membuat Rasulullah Iri