Ki Enthus: PKS Beda dengan Partai-partai Lain
By: Abul Ezz
Selasa, 09 April 2013
0
Siapa tidak mengenal Ki Enthus Susmono, Ph.d? Pada suatu kesempatan, dalang kondang itu bicara banyak tentang rencana pencalonannya dirinya sebagai bupati Tegal. Tak hanya menyampaikan visi misi, tapi Enthus juga bicara banyak tentang PKS, serta penilaiannya terhadap PKS.
Sore itu langit terlihat mendung. Suasana kantor DPD PKS Kabupaten Tegal terlihat berbeda. Sekitar 20 kader dan pengurus PKS berkumpul di sekretariat. Ada tamu penting yang memang telah diharapkan kedatangannya. Tamu penting itu tak lain adalah dalang kondang asal Desa Talang, Kabupaten Tegal. Dibilang tenar karena tak hanya ndalang di desa ke desa, kota ke kota. Terkenal di kancah nasional, bahkan internasional.
Kehadirannya di tengah-tengah pengurus dan kader PKS dalam rangka memenuhi undangan PKS untuk menyampaikan visi misi dalam kapasitasnya sebagai bakal calon bupati.
“Saya merasa tersanjung mendapat undangan ini. PKS pancen jempolan,” kata Ki Enthus yang datang tepat waktu sesuai undangan. Dia menilai PKS sebagai partai yang paling memiliki iktikad baik dalam menghadapi pemilu. “PKS beda dengan partai-partai lain,” tambahnya.
***
Ya, Belakangan ini di beberapa titik strategis di daerah Kabupaten Tegal mendadak gambar Ki Enthus Susmono yang menyebar lewat baligho-baligho. Munculnya gambar-gambar tersebut seakan menunjukkan kesiapannya sebagai bakal calon bupati Tegal. Dari sisi popularitas boleh jadi ia sudah meraihnya, tapi dari segi elektabilitas, Enthus harus berjuang keras.
Dari paparannya yang khas, jelas, lugas, dan diwarnai joke-joke segar, terlihat sangat jelas kalau Ki Enthus Susmono sangat siap jadi bupati. Ia mengklaim sudah didukung oleh sekitar 88.000 orang sebagai modal awal. Tergerak karena saat ini banyak masyarakat mengeluhkan banyak birokrasi yang tidak ramah, banyak pejabat yang tak bisa dijadikan uswah.“Pan model apa bae sing arane nyolong ya ora bener. Kalau pemimpin bener, bawahannya pasti bener,” ungkapnya.
Kedatangan Ki Enthus Susmono ternyata menarik banyak peserta untuk melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang terbilang cerdas. Beberapa pertanyaan diarahkan tentang sikap kesenimanannya sebagai dalang, pandangannya mengenai birokrasi dan pejabat-pejabat daerah, sampai pada persoalan money politics.
Secara garis besar pertanyaan-pertanyaan tersebut terangkum sebagai berikut:
Pertama: “Ki Enthus itu dikenal sebagai ikon seniman. Ki Enthus dikenal juga sebagai dalang yang memiliki karakter bahasa blak-blakan. Bahasanya ketika mendalang cenderung vulgar, dan terkesan ‘saru,’ Ketika Ki Enthus ini menjadi bupati nanti, bukankah itu menjadi sesuatu yang kontradiktif?
Sebagai seniman Enthus nyaman saja bilang, maaf, ‘raimu’. Merasa nyaman dialog seperti ini. Ketika jadi bupati tentu harus beda karakter. Semua perilaku dan penampilannya dilegitimasi karena ada disiplin sebagai pegawai. Semua itu apa nggak kontra produktif? Apa bisa akan mengubah jatidiri sebagai seniman?”
Kedua: “Konsep riil tentang pengentasan kemiskinan, pengangguran, reformasi birokrasi yang menuai banyak masalah? Bagaimana Ki Enthus menanganinya?”
Ketiga: “Enthus sudah tahu karakter PKS secara umum, kira-kira Ki Enthus ini kalau melakonkan PKS itu sebagai tokoh wayang apa?”
Keempat : “Bagaimana cara Ki Enthus mencerdaskan karakter pemilih ditengah kondisi masyarakat yang cenderung mudah tergoda dengan politik uang?”
Pertanyaan-pertanyaan tersebut ternyata mewakili pertanyaan benak peserta.
Mendapat rangkaian pertanyaan ini, Enthus cukup santai dan cerdas menjawab satu persatu pertanyaan yang ditujukan kepadanya. Secara tegas ia mengaku siap mengubah penampilan. “Jangankan potong rambut, botak sekalipun seperti njenengan saya siap,” jawabnya yang disambut gelak tawa. Kebetulan saat itu ada salah satu peserta dialog berkepala mengkilap.
Mengenai bahasa yang disering dipakai, itu hanya dipakai dalam kapasitasnya sebagai dalang saat memainkan karakter tokoh wayang tertentu. Bahasa-bahasa tersebut itulah realita masyarakat Kabupaten Tegal. Ia sadar benar, kesiapannya maju dalam pilbup nanti, mau tak mau ia harus siap mengubah bahasanya.
“Jangan khawatir muali sekarang saya sudah mulai menghaluskan bahasa. Nanti saya coba rem, Solusinya jadi bupati dulu,” suasana gerrr lagi, apalagi ketika menjawab pertanyaan tersebut, Ki Enthus menjawabnya dengan bahasa yang pembawaannya halus.
“Kita ini sedang melukis di dunia Allah. Yang akan mengingat adalah generasi sesudah saya. Minimalnya ada komentar, gemiyen angger bupatine Enthus ta mending,” ungkapnya.
Mengenai money politic yang sudah lazim dalam pilkada, Ki Enthus memiliki strategi tersendiri dalam mendidik masyarakat sebagai pemilih. Lewat media wayang ia mencoba mendidik masyarakat agar tidak mudah tergoda iming-iming uang untuk memilih calon tertentu.
Ketika mendeklarasikan diri siap maju pilpub, Enthus sudah memulai manuvernya lewat pementasan wayang. Tercatat sampai sejauh ini sudah 675 pementasan yang mana dalam pementasan itu dirinya rela dibayar murah bahkan tidak dibayar sama sekali. Itu berlangsung dalam kurun 2,5 tahun, dalam kapasitasnya sebagai balon. Ini sekaligus melakukan brainwash kepada masyarakat agar tak mudah tergoda oleh uang. Setiap ndalang Ki Enthus selalu bilang, “Terima uangnya saja, terus jangan pilih orangnya. ngapusi sing tukang ngapusi kuwe impas,” ujarnya yang disambut gelak tawa.
Oya, satu lagi mengenai upayanya mengatasi kemiskinan dan pengangguran? Enthus menjawabnya begini, Kabupaten Tegal itu punya potensi yang luar biasa. Sebagai contoh, di Talang ada banyak home industry yang mampu membuat berbagai macam perkakas, mulai dari baut, mur, sampai spare part. Kendala mereka hanya pada pemasaran, dan bersaing dengan barang-barang bermerek. Padahal secara kualitas tidak jauh-jauh amat. “Salah satunya adalah dengan membangun kawasan industry yang terpusat dan membentuk strategi pemasaran yang terstruktur serta terorganisir, agar produk yanh dihasilkan cepat terjual. Nanti selengkapnya akan saya paparkan lagi setelah kalau PKS benar-benar mendukung saya dalam Pilbup. Ini baru lembaran pertama,” ujarnya yang kembali disambut gerr…
Ki Enthus. Popularitasnya sebagai dalang memang memudahkan dalam sosialisasi. Namun apakah itu akan berdampak pula pada tingkat elektabilitas? Apakah PKS akan merapatkan suaranya pada sosok Enthus pada pilbup nanti? Kita tunggu saja kabar berikutnya.
*http://www.pkskabupatentegal.com/2013/03/silaturahim-pks-kabtegal-dalang-ki.html
DPD PKS Siak - Download Android App