Select Menu

Iklan 1080x90

SaintekSIROH

PKS BERKHIDMAT UNTUK RAKYAT

BERITA SIAK

FIQIH

SIROH

Kesehatan

Saintek

Video Pilihan

» » Kami Bukan "Jago Kandang"

Kami Bukan "Jago Kandang"


By: admin Rabu, 22 Mei 2013 0

pkssiak.org - Tulisan ini saya buat sebagai jawaban atau klarifikasi atas tulisan saudara Ira Oemar yang dimuat di Kompasiana edisi 15 Mei 2013, dengan judul : “Pernyataan Disclaimer dari Kompasiana Terkait Banyaknya Tulisan Berisi Pelintiran Berita oleh Simpatisan Parpol Tertentu?” Tulisan Mbak Ira Oemar ini merupakan kritikan terhadap sebuah tulisan dari seorang kader PKS yang bernama Hadiyan Faris Azhar (HFA-red) yang juga dimuat di Kompasiana edisi 14 Mei 2013, dengan judul : “Hehamahua dan Fahri Hamzah”.

Adapun maksud dan tujuan dari tulisan saya ini adalah sebagai bentuk keprihatinan dan kegalauan saya atas tuduhan juga fitnahan yang menimpa para simpatisan dan kader PKS akhir-akhir ini, yang banyak beredar di media massa baik cetak maupun elektronik, juga sosial media lainnya. Tadinya saya ingin menulis ini di Kompasiana juga biar imbang dan tidak terkesan PENGECUT. Namun karena  ke-gaptek-an saya dalam bidang tekonologi (komputer-red), membuat saya tidak bisa menembus lapak "terlaris" di dunia maya tersebut. Sudah beberapa kali saya mencoba registrasi, namun tidak bisa juga. Pernah sekalinya berhasil, namun tidak mendapatkan jawaban dari Kompasiana untuk melakukan aktivasi via email. Akhirnya jadilah saya menuangkan isi kepala saya di Catatan FB ini, dengan harapan bisa tersampaikan kepada mereka baik kepada KOMPASIANER maupun  PKS LOVERS. Mudah-mudahan belum terlambat untuk melakukan klarifikasi, dan kalaupun iya..lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.

Saya sadar bahwa dalam penulisan ini sangat jauh dari nilai jurnalistik, karena saya juga baru sekali ini mencoba membuat tulisan yang dipublish ke media (Facebook-red). Tetapi meskipun dengan segala keterbatasan saya ini, saya tetap berusaha untuk memenuhi standar nilai jurnalistik agar bisa layak disebut sebagai sebuah tulisan. Kalaupun nantinya masih banyak terdapat kekurangan disana-sini, tetapi minimal tidak merubah makna dan tujuan dari tulisan ini. Dan saya mohon maaf jika kemudian terkesan ada "pembelaan" terhadap seseorang atau sekelompok orang. Tidak pula bermaksud ingin melakukan perang opini terhadap apa dan siapa pun juga. Niat saya adalah ingin melakukan amar ma'ruf nahi mungkar walaupun dalam bentuk tulisan yang sangat sederhana ini. BISMILLAHI TAWAKKALTU 'ALALLAH...

Awalnya saya tidak sengaja membaca tulisan Mbak Ira Oemar ini. Sebelumnya saya membaca tulisan Bung HFA di akun FB salah satu teman saya yang dia "copas" dari temannya juga. Untuk ini saya sudah melakukan konfirmasi ke beliau tentang copasan tersebut. Saya baca berikut komentar-komentarnya, termasuk juga link Mbak Ira Oemar yang dititpkan  di kolom komentar sbb : 15May201316:50:17 http://media.kompasiana.com/new-media/2013/05/15/pernyataan-disclaimer-dari-kompasiana-terkait-banyaknya-tulisan-berisi-pelintiran-berita-oleh-simpatisan-parpol-tertentu-560458.html. Saya buka dan saya baca detil sampai ke semua komentar yang terdapat disana, tanpa ada satupun yang terlewatkan. Karena memang sudah menjadi kebiasaan saya jika ingin mengutip (copas-red) sesuatu, saya harus tahu dulu apa isinya. Jadi saya tidak asal copas saja...

Secara subtansi (isi-red) saya sangat setuju dengan pendapat Mbak Ira Oemar yang tertuang dalam tulisannya tersebut. Bahwa seorang penulis baik pemula ataupun yang sudah berpengalaman, harus mengindahkan kaidah-kaidah yang berlaku dalam ilmu jurnalistik. Harus mematuhi aturan atau etika jurnalistik, agar tulisan yang dibuat tidak asal jadi, abal-abal, terkesan dipaksakan apalagi  kalau itu sampai merupakan "pesanan" dari seseorang atau kelompok tertentu .Misalnya kalau ingin mengutip atau menyitir tulisan atau ucapan dari seseorang, harus ikut menyertakan dan menyebutkan sumber referensinya. Sehingga tulisan teresebut benar-benar bisa dipertanggujawabkan, baik secara ilmu jurnalistik maupun moral (sosial-red).

Dari tulisan tersebut, saya tahu kalau Mbak Ira Oemar ini adalah orang yang sangat paham tentang dunia per-jurnalistik-an. Juga merupakan orang yang sudah malang melintang dalam dunia tulis menulis, baik itu cerita, artikel, dll dimana salah satu tulisannya yang berjudul SITI ANAK PENJUAL BAKSO, sudah dishare 1000-an lebih di akun FB dalam waktu 3 mingguan. Walaupun jujur saya sendiri belum pernah membacanya sama sekali, namun saya yakin seyakin-yakinnya kalau tulisan itu memang sangat fenomenal. Mungkin setelah ini saya akan hunting, penasaran juga jadinya...

Kembali ke laptop, sekali lagi dalam beberapa hal saya sependapat dengan Mbak Ira Oemar. Saya akui, tulisan beliau yang satu ini sangat inspiratif, terutama bagi para penulis pemula seperti saya yang awam tentang ilmu jurnalistik. Namun ketika sampai pada akhir tulisan, terus terang saya agak keberatan (terganggu sekaligus tergelitik) dengan pernyataan beliau. Berikut saya sertakan kutipan tulisan beliau :
 

"Untuk user Kompasiana dari golongan simpatisan/kader/pendukung parpol tertentu yang akhir-akhir ini sedang kalap, saya himbau tetaplah tunjukkan anda punya etika dan jujur, jika memang kalian ingin menunjukkan bahwa apa yang menimpa parpol kalian itu hanya fitnah belaka. Sebaliknya, jika kalian terus saja menghalalkan segala cara, mengesampingkan etika penulisan, membolehkan plagiarisme, bahkan menghalalkan fitnah memfitnah dengan memelintir berita, maka citra parpol kalian akan makin hancur! Ingatlah, user Kompasiana –baik penulis maupun pembaca lepas – bukanlah orang bodoh. 
Mereka bisa menilai, memilah dan memilih, bahkan mencari pembanding berita dari situs. portal lain. Jika mereka melihat perilaku kalian menghalalkan segala cara, maka tak heran jika opini yang terbentuk justru : “kalau begitu, tak heran kalau yang di atas pun lebih menghalalkan segala cara, sebab yang di akar rumput saja begini caranya”. Maka, alih-alih mendongkrak citra, kalian justru sedang memurukkan citra parpol kalian. Kompasiana bukan milik kalian, jadi jangan kotori Kompasiana dengan cara-cara kotor yang kalian serukan kepada sesama simpatisan/kader kalian..."
 
Sebelum saya bahas lebih jauh, berikut saya sertakan juga kutipan tulisan dari saudara HFA sebagai penyeimbang : "Dan saya membenarkan pernyataan Fahri Hamzah tentang harusnya surat ijin penyitaan…” (apa kabar malam tv-one.11-05-13)

Dari kedua tulisan diatas, yang akan saya bahas pertama kali adalah tulisan Bung HFA. Menurut kacamata saya, yang dimaksud "kesamaan" oleh penulis adalah adanya persamaan persepsi antara seorang Fahri Hamzah dengan Abdullah Hehamahua mengenai "SURAT IJIN PENYITAAN",  bukan persamaan isi dari keseluruhan pernyataan/sikap diantara keduanya. Karena kebetulan saya juga ikut menonton acara tersebut, dan guna menghindari "kesalahan yang sama" saya coba buka lagi link video ini. Setelah menonton dan mendengar secara detil, maka kesimpulan saya tetap yaitu seperti yang saya sebutkan diatas. Akan tetapi kemudian dalam tulisan Bung HFA tersebut yang menyatakan alasan tentang mundurnya Abdullah Hehamahua dari jabatan Ketua KPK, memang sangat disayangkan karena beliau tidak menyertakan referensi atau bahan rujukannya. Dan sekali lagi saya sepakat, bahwa ini menjadi tugas dan tanggung jawab Bung HFA untuk meluruskannya. Harapan saya, Bung HFA ini bukanlah seorang PENGECUT...!!!

Kembali kepada tulisan Mbak Ira Oemar khususnya kutipan yang sudah saya cantumkan diatas, saya merasa pernyataan tersebut sangat tendensius dan bersifat emosional. Because what? Karena menurut kacamata saya, tidak selayaknya Mbak Ira Oemar menulisnya. Sangat sayang sekali, tulisan yang sudah begitu bagus harus dikotori dengan pernyataan sepihak ini. Seharusnya Mbak Ira Oemar bisa bersikap lebih adil, jujur dan profesional, sebagaimana yang beliau kampanyekan dalam tulisannya itu. Belum lagi ditambah dengan komentar-komentar yang hampir 90% berpihak kepada Mbak Ira Oemar. 


Seperti komentar Bung Alek Laksana Vp2 contohnya, yang mengumpat PKS dengan sebutan (maaf) PASUKAN KOTORAN SAPI, Astagfirullah...apakah ini yang layak disebut sebagai penulis atau komentator yang baik dan berakhlak ? Memang sih, ada beberapa komentar Mbak Ira Oemar yang terkesan “membela”, seperti menyebut beberapa orang PKS (Bung Doni Afrizal, Bung Fajar, Mbak Aulia Gurdi), dengan mengatakan mereka sebagai orang yang selalu memverifikasi diri agar berbeda dengan yang lain. 

Juga ada seorang komentator yang bernama SUNITA YANI yang cukup bijak dalam menanggapi tulisan tersebut.  Namun selebihnya (terlepas dari  komentator PKS) semua beramai-ramai membantai dan mem-bully PKS. Perlu diketahui, bahwa dalam kondisi apapun yang sudah saya alami selama ini, jarang sekali orang-orang PKS yang memulai duluan dalam “berperang”. Mereka lebih memilih diam sambil mengamati perkembangan yang terjadi. Namun sebagaimana manusia biasa yang juga punya hati dan emosi, maka adakalanya juga yang ikut terpancing dalam situasi dan kondisi yang kian memanas. Dan itu saya rasa lumrah saja, karena siapa pun orangnya jika diri atau kelompoknya di-bully habis-habisan, pasti akan melakukan sikap defensif atau perlawanan.

Satu hal lagi yang juga membuat saya agak keberatan terhadap (sebagian-red) tulisan Mbak Ira Oemar tersebut berikut komentar-komentarnya, adalah yang menuduh (mencap) orang-orang PKS sebagai "cyber army", jago kandang, tukang fitnah, plagiator dll. Bahkan Mbak Ira Oemar menantang orang-orang PKS agar keluar dari "kandang"nya untuk beradu argumentasi dengannya. Dalam tulisannya juga, Mbak Ira Oemar tidak cuma mengkritisi isi tulisan Bung HFA (yang memang inilah seharusnya dilakukan), tapi juga mengkritisi pribadi Bung HFA beserta orang-orang PKS lainnya termasuk juga tanpa tedeng aling-aling menuduh insitusi atau partai yang bersangkutan. Disini saya melihat kalau Mbak Ira Oemar sudah kehilangan "akal sehat"nya, beliau juga kelihatan jadi kalap dan telah ikut terkontaminasi oleh berita-berita di media massa yang (maaf) diragukan independensinya. Benarkah demikian, cuma Mbak Ira Oemar sendiri yang bisa menjawabnya...

Kemudian, terkait dengan Mbak Ira Oemar yang mengatakan bahwa orang-orang PKS itu "cyber army" dan "jago kandang", saya juga sangat menyayangkannya. Karena menurut pandangan saya, setiap orang punya hak untukmemilih wadah/sarana/lapak/kandang sebagai tempat mereka menuangkan aspirasinya. Sebagaimana juga para Kompasianer yang menjadikan Kompasiana sebagai tempat/lapak untuk menyalurkan aspirasi/ide/buah pikirannya dalam bentuk opini, tulisan dan lain-lain. Begitu juga dengan orang-orang PKS yang menjadikan PKS PIYUNGAN, PKS SUMUT, PKS BANDUNG, PKS A-B-C-D dan seterusnya sebagai tempat ber"naung"atau lapak/kandang mereka. Apakah dengan begini lantas mereka (termasuk Kompasianer) juga bisa disebut sebagai"JAGO KANDANG"...??? Seseorang atau sekelompok orang memilih itu disebabkan mereka merasa "nyaman" berada disana, karena ada kesatuan ide atau visi/misi dengan anggota kelompok. 


Saya rasa itu hal yang sangat wajar tentunya  dan sudah merupakan sunnatullah, bahwa kita akan cenderung mencari teman seiring-sejalan, searah-setujuan, sekepala-sepemikiran. Dalam tulisan Mbak Ira Oemar, saya lihat sudah ada beberapa kader PKS yang mencoba "keluar" dari kandangnya guna mengback-up tulisan Bung HFA. Namun apa hendak dikata, suara mereka tak banyak membantu karena mereka sedang berada di kandang/lapak lawan. Beda halnya jika mereka berada di kandang/lapak sendiri, mereka bisa exis. Dan saya jamin, para Kompasianer juga tidak akan berani "masuk" ke kandang orang-orang PKS. 

Maaf, mungkin saya salah...jika ada diantara Kompasianer (diluar PKS tentunya) ada yang melanglang buana ke lapak PKS, tolong kasih tahu saya... Di PKS, saya kira juga tidak ada yang "JAGO KANDANG". Kalaupun mereka tidak tampil di kolom komentar dalam tulisan Mbak Ira Oemar ini, bukan berarti mereka PENGECUT atau cuma beraninya main keroyokan di kandang/lapak sendiri. Mereka cuma menghindari debat kusir yang tidak ada manfaatnya, apalagi jika debat kusir itu akan mendatangkan "perang" yang pada akhirnya cuma akan menimbulkan dosa, diam itu adalah lebih baik...

Selanjutnya, tuduhan Mbak Ira Oemar yang menyebut orang-orang PKS dengan "PLAGIATOR" ini juga membuat saya keberatan. Menurut saya, wajar-wajar saja jika mereka meng-copas tulisan untuk disharing ke akun FB-nya. Selama tulisan itu bagus, bermanfaat untuk orang banyak, dan bisa dipertanggungjawabkan, baik secara jurnalistik maupun secara moral. Mungkin mereka yang sering copas adalah mereka yang tidak mampu atau tidak memiliki keahlian jurnalistik/menulis, tetapi mereka ingin sekali berbagi kebaikan. Lantas, apakah dengan 'keterbatasan" itu mereka tidak boleh berpartisipasi dalam kebajikan (amar ma'ruf nahi munkar)...apakah untuk berpartisipasi dalam kebajikan harus melalui karya orisinil atau hasil karya sendiri...??? Dalam satu hadits disebutkan : “Balighu anni walau ayah”(sampaikanlah dariku walau cuma 1 ayat). Dan ingat, Rasulullah saw. sendiri dalam menyampaikan risalahnya (Islam-red) sesungguhnya juga melakukan "copas", meng-copas apa dan dari siapa...? Tentu saja yang dicopas adalah ayat-ayat Al Qur'an dari ALLOH SWT. Lantas, apakah Nabi Muhammad saw. bisa juga disebut sebagai seorang “PLAGIATOR…???

"Katakanlah,  'Aku bukanlah  rasul yang pertama  di  antararasul-rasul. Aku tidak mengetahui yang  diperbuat terhadapku,tidak  juga terhadapmu.  Aku  tidak lain hanya mengikuti yangdiwahyukan  kepadaku dan  aku tidak lain  seorang   pemberi peringatan yang menjelaskan.'" (QS Al-Ahqaf [46]:9)

"Katakanlah,  'Sesungguhnya  bukti-bukti  itu  bersumber  dari Allah, sedang aku hanya pembawa peringatan yang menjelaskan.'"(QS Al-'Ankabut [29]: 50)

"Aku  tidak  lain  kecuali  manusia seperti kamu, (tetapi aku) diberi wahyu ..." (QS Al-Kahf [18]: 110).

Akhir kata, mari kita sama-sama untuk saling menghargai. Menghormati proses hukum yang sedang berjalan, tidak gampang memvonis, tidak mudah mencaci-maki, tidak pula merasa bahwa dirinyalah yang paling benar. Janganlah kebencian kita kepada seseorang atau suatu kaum membuat kita tidak bisa berlaku adil kepadanya. Mari kita saling nasihat-menasihati dalam kebenaran dan kesabaran, dengan cara yang hikmah serta niat karena Allah SWT semata.

Dan kepada rekan-rekan PKS atau PKS LOVERS, saya cuma ingin mengingatkan jika akan melakukan copas terhadap sebuah tulisan tolong dibaca dan diteliti secara detil terlebih dahulu, jangan asal main copas saja. Lakukan cross cek atau cek n ricek (tabayun-red), agar tulisan atau copasan yang akan ditampilkan tidak menyimpang dari nilai keadilan dan kejujuran. Ingatlah, sesungguhnya, tak ada satu pun manusia yang luput dari khilaf dan salah...

WALLAHU A’LAM BISHSHAWAB...

By: Ria Dahlia Hasanusi

FB : RiaDahlia Hasanusi
Twitter : @RiaSanusi


DPD PKS Siak - Download Android App


«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama
0 Comments
Tweets
Komentar