pkssiak.org, WASHINGTON - Harian Amerika, World Tribune menerbitkan sebuah artikel yang menyatakan bahwa badan intelijen Rusia, FSB (dulu KGB-red) mungkin berada di balik pemboman Boston.  Hal ini, pada kenyataannya adalah publikasi yang pertama oleh media Amerika yang secara langsung menduga FSB Rusia menjadi dalang pemboman Boston, lansir Kavkaz Center (5/5/2013).
Dalam artikel yang bertajuk : “Intelijen Rusia dan Pemboman Marathon Boston”, secara khusus menulis :
“Klaim Rusia entah bagaimana yang “memperingatkan” AS mengenai hubungan Tamerlan Tsarnaev dengan ‘radikal’ Islam telah diterima oleh sebagian besar organisasi berita dan pengamat sebagai fakta yang dibangun.  Namun badan-badan intelijen AS memiliki banyak hal untuk menjelaskan, layanan keamanan Rusia telah mengenakan sarung tangan anak dan bahkan ‘orang baik’ dalam urusan ini.”
Media Rusia, termasuk saluran propagandanya yang berbahasa Inggris, Rusia Today (RT) telah bersikeras bahwa AS yang harus disalahkan atas terjadinya pemboman Boston karena mengabaikan “peringatan” dari Moskow, lanjut artikel tersebut.
Artikel itu lebih lanjut mengungkapkan : “Pertanyaan yang jelas dalam hal ini adalah, jika badan-badan intelijen Rusia memiliki kecurigaan terhadap dua bersaudara, mengapa mereka tidak menangkap dan memenjarakannya?”
“Rezim Moskow, Vladimir Putin, mantan perwira KGB, berkuasa dengan tangan besi dan diduga telah melancarkan perang melawan ‘teroris’ Muslim di perbatasannya sendiri.  Jadi, mengapa mereka membiarkan tersangka ‘teroris’ dari Amerika datang dan pergi sesuka hati?  Dan mengapa, jika Tamerlan Tsarnaev memiliki dendam terhadap Rusia atas perilakukan terhadap Muslim di wilayah Rusia, dia menyerang AS dan bukan Rusia?”
Klaim mengenai “peringatan” Rusia untuk AS mengabaikan bukti sensasional yand ditemukan dalam buku di tahun 2007, “blowing Up Rusia”, bahwa pasukan keamanan Rusia berada di balik banyak serangan terorisme yang konon berasal dari wilayah Muslim Rusia (wilayah yang diduduki Rusia-red).
Buku itu dilarang di Rusia, di mana jurnalis yang menyelidiki Kremlin terancam atau bahkan dibunuh.
Penulis buku, Alexander Litvinenko, mantan agen intelijen rusia, memberikan wawancara kepada sebuah surat kabar Polandia pada tahun 2006 dan mengatakan :
“Para teroris paling berdarah di dunia ini adalah KGG_FSB.  Saya bisa dengan pasti mengatakan pusat terorisme global tidak di Irak, Iran, Afghanistan atau Republik Chechnya.  Infeksi teroris tersebar di seluruh dunia dari Lubyanka square dan kabinet Kremlin”.
Dengan kata lain, jaringan teror internasional Soviet di tahun 1980-an tidak menghilang meskipun runtuhnya Soviet.
Di AS sendiri, setelah peledakan bom Boston, penyiar radio Alex Jones membuat berita dengan mengklaim bahwa serangan adalah “bendera palsu” operasi intelijen yang dipentaskan oleh pemerintah AS, sehingga pengeboman itu bisa disalahkan kepada para Islamis dan “perang terhadap teror” bisa diperluas di rumah dan luar negeri.
Satu hal yang pasti : Obama telah menggunakan serangan ini untuk mencari kerjasama yang lebih erat dengan rezim Putin.  Sepertinya Obama puas dengan propaganda yang datang dari Moskow, lansir KC.  (haninmazaya/arrahmah.com)