Antara PKS dan Partai Koalisi di Pilpres 2014
By: Abul Ezz
Minggu, 13 April 2014
0
"Lebih baik menjadi lawan dalam menolak kebatilan daripada berkoalisi dalam keburukan”
pkssiak.org - Saya
sangat bahagia melihat tensi pemilu 2014 kali ini. Masing-masing partai
politik memiliki strategi yang berbeda dalam mendulang suara. Hal
lainnya yang membuat saya patut bertepuk tangan adalah kemampuan
partai-partai islam yang berhasil menjungkirbalikan fakta survey yang
teramat percaya diri menempatkan parpol islam dalam posisi tidak layak
di hasil pemilu. Meskipun di ajang pilpres mendatang, parpol islam
sulit membangun koalisi.
Setelah
perhelatan pemilu anggota legislatif, tentu rakyat Indonesia akan
diperhadapkan pada pemilu presiden. Tentu, hasil pemilu saat ini menjadi
barometer pemetaan kekuatan parpol dalam mebangun koalisi. Berdasarkan
isu yang cukup populer di media, ada 3 partai yang telah siap menjadi RI
1 yakni PDI P, Golkar dan Gerinda. Sementara itu, partai lainnya telah
siap menunggu pinangan 3 partai di atas untuk menjadi pasangan pilpres
mendatang.
Saat
ini media media heboh mewacanakan paket capres Jokowi-Mahfud MD,
Aburizal Bakrie-Anis Matta dan Prabowo-Wiranto. Dari paket Pilpres ini,
saya menilai ada paket pilpres yang terlalu dipaksakan. Soal Anis Matta
disandingkan dengan Aburizal Bakrie. Secara peta kekuatan politik,
Golkar memang senior dalam ahli pemenangan di pemilu. Hanya saja,
Aburizal Bakrie memang belum layak disandingkan dengan Anis Matta.
Meskipun Aburizal Bakrie punya media besar dalam memoles pribadinya di
TV terkenal, tapi kenangan rakyat Indonesia dengan Lapindo sampai saat
ini belum luput. Selain itu, Aburizal Bakrie jauh berbeda dengan
karakter Anis Matta. Masa sih politisi Santun dan islamis seperti Anis
Matta disandingkan dengan Capres yang suka liburan dengan artis cantik
berduaan di luar negeri.
Jika
memang ARB benar-benar disandingkan dengan Anis Matta, tentu ada
pertimbangan politis. Tapi, secara pencitraan, Partai Keadilan Sejahtera
tidak selayaknya menjadi partai pendukung pemimpin dengan model
Aburizal Bakrie. Masih lebih mending menjadi partai oposisi saja.
Lagipula, Partai Keadilan Sejahtera tidak akan hancur dengan tidak
ikutan pilpres. Perlu diingat, ARB dan Golkar boleh besar, tapi belum
tentu menjadi pemenang. Sebab, rakyat saat ini akan melihat sosok, bukan
peta kekuatan partai pasca pemilu. Sehingga, Anis Matta harus
mendapatkan capres yang punya kesamaan visi dan tokoh yang sesuai dengan
Partai Keadilan Sejahtera.
Pasangan
kedua, Andai kata Anis Matta (PKS) disandingkan dengan Jokowi (PDI P),
tentu hal yang mustahil. Sebab, ada ideologi yang dijaga oleh PKS. Salah
satu soal harga diri rakyat Indonesia.Pertama, Jakarta adalah Ibu kota
negara ini. Jika Ibu kota dipimpin oleh rakyat bukan keturunan
Indonesia Asli. Maka akan Ada bebarapa kebijakan politis yang akan
merugikan rakyat Indonesia. Boleh jadi, perusahaan asing akan menjamur
di ibu kota. Walhasil, Indonesia jadi ladang proyek bagi non Indonesia.
Kedua, Ibu kota dimpimpin non Indonesia, berarti anak bangsa tidak ada
yang punya talenta memimpin.
Lalu
apakah negeri ini sudah kehabisan stok pemimpin? tentu tidak. Masih
banyak pemuda Indonesia yang layak jadi pemimpin. Hanya saja, Jokowi
butuh sedikit bersabar menunggu pemimpin muda Indonesia tumbuh
berkembang. Jangan meninggalkan Jakarta dulu. Menunggu sampai anak
bangsa ini siap menerima tampuk kepempininan. Jadi, Jokowi jangan
nyapres dulu, lah.
Antara
PDIP-Golkar, tentu keduanya tereliminasi dari kemungkinan koalisi
dengan Partai Keadilan Sejahtera. Yang tersisa adalah PKS pantas
mendampingi Gerindra (Prabowo). Meskipun memang, Pimpinan Gerinda punya
catatan hitam di sepanjang sejarah bangsa ini. Saya yakin, Gerinda punya
misi yang sama, mengembalikan kejayaan Indonesia di mata dunia. Selain
itu, nasionalisme Prabowo saat ini sangat dibutuhkan untuk mengembalikan
merebut kekayaan Indonesia dalam cengkeraman asing.
Kalau
koalisinya dengan PDI-P, ya takutnya semua Aset bangsa ini dijual.
Tanya tuh sama fahri Hamzah, berapa aset negara ini dijual di jaman Ibu
Megawati. Jadi, PKS ngak bakalan ikut-ikutan berkoalisi menjual aset
negeri ini.
Dilihat
dari kekuatan tokoh dan Politik, PKS dan Gerinda punya peluang besar
dalam memenangkan Pilpres. PKS punya masa real. Artinya, PKS punya basis
masa yang bisa diprediksi. Berbeda dengan partai lain. Meskipun hari
ini menang, besok bisa kalah lagi. Hal ini disebabkan pemilih PKS adalah
pemilih cerdas dan berkualitas. Sehingga tidak bisa digoyahkan dengan
money politics.
Kemenangan
partai lain hanya soal kekuatan finansial. Sehingga kemenangannya
hanyalah kemenangan semu. Bisa saja kondisi dan nasib partai pemenang
hari ini akan terpental jauh dan babak belur di dunia perpolitikan di
hari esok. Sehingga, kekuatan politiknya hanya bersifat semu. Jadi, PKS
benar-benar siap dan teliti memilih berkoalisi dengan partai yang
dituju.
Sahabat
Indonesia, saya kira itulah sedikit suara hati saya sebagai kader di
berada pelosok Gorontalo. Saya ingatkan lagi, catatan ini hanya sekadar
pandangan personal bukan institusional. Saya hanya berharap, catatan
kecil ini bisa menjadi batu kecil yang harusnya jadi referensi tambahan
dari suara kader di pelosok Indonesia untuk menentukan partai Koalisi.
Semoga saja Pimpinan PKS memtusukan Pilihannya kepada partai yang ideal.
Amin.[kabarpks.com]
DPD PKS Siak - Download Android App