Ilmuwan Sosial Diskriminatif dan Zalim Pada Partai Islam | by @Fahrihamzah

Saya pernah menulis di koran TEMPO dan koran KOMPAS yang menulis gugatan saya atas tulisan beberapa orang.

Intinya saya mengajukan kritik akademis atas terminologi yang berbau diskriminatif.

Ini sekalian memancing perdebatan di kalangan ilmuwan sosial kita yang terlalu berbau barat.

Saya juga bukan ilmuwan sosial tetapi sebagai politisi Islam saya layak mengajukan pandangan.

Bisakah ilmuwan sosial menangkap persoalan yang saya ajukan dan mulai kritis pada diri sendiri? Itu maksud saya.

Kebetulan masalah itu muncul sekarang. Dan kasat mata bagaimana ilmuwan sosial diskriminatif dan zalim.

Pertama kenapa emangnya kalau ada partai Islam? Kalau keberatan bikin kategori partai sekuler dong.

Kenapa menjadi partai Islam diributkan kenapa menjadi partai sekuler tidak?

Kenapa kalau berani menyebut diri partai Islam dituduh jual agama kenapa partai sekuler tidak berani ngaku?

Saya ingin ada partai sekuler yang berani membela ide2 sekuler...biar debatn ya enak.

Kelapa kalau Islam dianggap tidak nasionalis? Kategori Ilmu social apa ini.

Kenapa partai Islam diramal bubar semua tapi begitu naik suaranya gak ada pujian.

Apakah Tesis partai berbasis Islam akan hilang habis itu riset ilmu atau pesan sponsor..?

Kenapa hancurnya partai Demokrat tidak jadi temuan ilmu bahwa partai sekuler telah bangkrut.?

PDIP cuma nambah kurang dari 20 kursi tetapi Demokrat hampir kehilangan 100 kursi..kenapa diam?

Rasanya banyak yang ingin saya katakan tetapi 2 artikel saya ditolak di TEMPO dan KOMPAS.

Saya berhenti dulu karena banyak tamu. Lain kali disambung.

Tamu sudah pulang...ramai soal #WhyIslam tadi...

Andai ada medium untuk bicara secara akademis tentu menarik...

Di #PKS banyak tesis2 baru yang bisa dibahas...

Polemik-Peran-Agama-dan-Negara-1 http://youtu.be/pkomJ2U5b8E

Polemik Agama - Negara 2/7 http://youtu.be/LE2MM8uDKfM