Membangun Basis Masa Sebagai Kunci Kemenangan Dakwah
By: Abul Ezz
Selasa, 15 April 2014
0
![]()  | 
pkssiak.org - Mencermati
 beberapa TPS di perumahan Jatibening Baru Kota Bekasi, di daerah itu 
PKS rata-rata memperoleh angka di atas 50 suara pada setiap TPS. Saya 
cukup tertarik untuk mengaitkan politik dengan bisnis. Saat ini kita 
akan mulai dari salah satu pelajaran dasar dalam ilmu Marketing. Salah 
satu strategi pemasaran adalah 4P, yaitu Product, Price, Place, & 
Promotion. Pertanyaan sederhana terkait kata Place, “Adakah yang tahu 
apa alasan sebuah perusahaan mendirikan cabang di suatu tempat tertentu?
 Kenapa tidak di seluruh tempat saja?”
Tentu
 alasan lokasi pendirian cabang perusahaan-perusahaan besar bukan 
berdasarkan kehokian, primbon, maupun untung-untungan alias #atjak. 
Dalam hal ini, biasanya perusahaan memakai pendekatan yang ‘defensive’ 
yaitu prinsip “maintain the customers” (terjemah: 
menjaga/merawat/mempertahankan pembeli/konsumen). Disebabkan fokus pada 
pembeli, maka biasanya dipilihlah lokasi cabang di tempat yang 
pembeli/konsumen produk mereka sudah cukup banyak.
Pendekatan
 yang terkesan ‘defensive’ tersebut ternyata dinilai cukup efektif pula 
untuk memperbesar jumlah konsumen. Ibarat gula dengan semut, maka bila 
perusahaan menempatkan cabang di suatu tempat akan berdatanganlah 
konsumen-konsumen. Atas dasar ini mengapa perusahaan bisa berkelakar di 
suatu tempat dan produknya dikenal hingga digandrungi banyak orang. 
Pendekatan yang ‘defensive’ tadi ternyata menjadi ‘aggressive’.
Yang
 jadi pertanyaan selanjutnya, sudahkah partai politik melakukan 
pendekatan ini secara efektif? Merawat sejumlah massa yang sudah pasti 
memilih mereka. Seperti pembuatan cabang/markas kecil di RT/RW yang 
jumlah suaranya dapat dikatakan cukup banyak. Saya rasa pendekatan 
‘defensive’ ini bisa menjadi ‘aggressive’ di kemudian hari, ketika 
cabang tersebut digerakkan untuk menjadi pusat informasi dan pelayanan 
partai politik bahkan sebagai markas kampanye atau promosi mereka.
Di
 Turki, Adalet ve Kalkinma Partisi (AKP) merupakan partai yang sedang 
berkuasa di sana sejak tahun 2001. Mereka menggunakan rumah 
kader-kadernya sebagai Pusat Informasi dan Pelayanan sampai level RT 
bila di Indonesia. Tahun-tahun ini adalah waktu “negative campaign” 
terbesar yang disasarkan kepada mereka. Namun perolehan suara mereka 
saat pemilu 30 Maret 2014 lalu sebesar 47%, masih di atas perolehan 
suara pemilu 5 tahun yang lalu sebesar 39%. Mungkin salah satu 
penyebabnya adalah cabang-cabang mereka cukup efektif menyampaikan 
informasi sampai tingkat ‘grassroot’ yang menepis setiap “negative 
campaign” yang ditujukan kepada mereka.
Amat
 disayangkan fenomena di Indonesia saat ini, begitu mudahnya massa 
pemilih di suatu lokasi bergeser dari satu partai ke partai lain di 
setiap kali pemilu. Di suatu lokasi, tahun 1999 bisa menjadi lumbung 
suara PDIP, namun di tahun 2004 bergeser kepada partai Golkar, dan di 
tahun 2009 bergeser lagi kepada partai Demokrat, dan seterusnya.
Kelabilan
 dalam pilihan politik merupakan masalah yang serius. Setiap partai 
memiliki corak politik yang berbeda, maka kelabilan politik adalah tanda
 masyarakat masih belum benar-benar mengenal partai politik pilihannya 
sehingga mudah sekali pilihan politiknya berubah karena “money 
politics”, opini-opini yang kurang valid, maupun hal lain yang bukan 
esensi dari politik (bahasa ustadz Anis Matta, masyarakat Indonesia 
masih cenderung emosional, tidak seperti Turki yang cenderung rasional).
 Mungkin itu juga disebabkan oleh ketiadaan cabang sebagai corong 
informasi partai politik.
Bagaimana dengan PKS? Allahu a’lam…
Oleh: Aswin Noor
Kader PKS Jatibening Baru, Pondok Gede/Owner Quemama
DPD PKS Siak - Download Android App


