Select Menu

Iklan 1080x90

SaintekSIROH

PKS BERKHIDMAT UNTUK RAKYAT

BERITA SIAK

FIQIH

SIROH

Kesehatan

Saintek

Video Pilihan

» » Gembira Menyambut Ramadhan

Gembira Menyambut Ramadhan


By: admin Selasa, 10 Juni 2014 0


pkssiak.org  - Agar anak-anak berhasrat besar melakukan puasa, mereka harus memiliki perasaan yang sangat positif terhadap bulan Ramadhan. Kita perlu menumbuhkan perasaan –bukan sekedar memahamkan— bahwa Ramadhan adalah bulan penuh berkah, bulan yang berlimpah kebaikan di dalamnya, bulan yang penuh kegembiraan karena setiap kebaikan akan dilipatgandakan ganjarannya. Tak ada bulan yang lebih mulia dibanding bulan Ramadhan. Karena itu, Ramadhan harus dinanti dan disambut dengan suka cita.
 
Jika anak-anak sudah mempunyai perasaan yang sangat positif terhadap Ramadhan, insya Allah mereka akan berebut untuk menjadikan dirinya sebagai orang yang mampu berpuasa secara penuh. Meski sebagai orangtua kita tidak boleh mengharuskan anak yang belum cukup umurnya untuk berpuasa sebagaimana orang dewasa, tetapi memacu hasrat sangat mungkin kita lakukan.

Cara yang kami terapkan di rumah mungkin bukan yang terbaik. Tetapi inilah yang untuk sementara kami rasakan sebagai cara yang tepat dan berhasil. Saya berharap di waktu-waktu berikutnya bisa memperbaiki cara mengajak anak berpuasa penuh di bulan Ramadhan.

Apa yang kami lakukan kepada anak-anak sebelum Ramadhan? Secara sederhana ada dua hal, menyiapkan penyambutan bulan Ramadhan dan mengatur pelaksanaan puasa.

Selamat Datang Ramadhan

Sekitar tiga atau dua minggu sebelum Ramadhan tiba, istri saya biasanya sudah mulai membicarakan dengan anak-anak tentang datangnya bulan yang terindah itu. Anak-anak diajak untuk merasakan datangnya Ramadhan sebagai anugerah. Pada saat yang sama istri saya mulai berbincang-bincang dengan anak tentang apa yang bisa dilakukan untuk menyambut Ramadhan. Intinya sederhana, bagaimana anak-anak bisa merasakan Ramadhan sebagai bulan yang istimewa dan karenanya perlu bergembira dengan kedatangannya.

Kadang kami menghiasi ruang tengah, tempat kami akan melakukan sahur dan buka puasa, dengan kertas warna-warni dan balon yang ditempelkan di sudut ruang atau di tengah-tengah. Sekurang-kurangnya mengubah letak meja dan kursi sehingga ada suasana baru menjelang Ramadhan. Tapi pernah juga ketika di rumah ada sepupu dan adik laki-laki yang bisa mengecat, penyambutan Ramadhan dilakukan secara lebih istimewa. Cat rumah diganti dengan warna yang disukai anak-anak, termasuk kamar. Di salah satu kamar bahkan ada tiga warna yang dipakai. Semua ini untuk menumbuhkan perasaan positif terhadap Ramadhan.

Menu juga masuk dalam daftar penyambutan. Ini bukan berhubungan dengan kemewahan, tetapi berkaitan dengan penyajian. Ketika ada rezeki yang memungkinkan, bisa saja hari pertama sahur menyajikan menu yang istimewa. Tetapi yang paling pokok adalah bagaimana anak-anak merasakan bahwa Ramadhan sangat berbeda dibanding hari-hari biasa. Sama-sama dadar telor, sangat berbeda ”rasanya” bagi anak antara dadar telor yang dibikin begitu saja dengan yang dibikin atas dasar usulan.

Penyajian menu ”istimewa” ini terutama untuk sahur pertama hingga ketiga. Setelah itu, menu akan berjalan seperti biasa.

O ya, dalam menyambut bulan Ramadhan ini, anak-anak juga perlu diajak untuk belajar berbagi. Pada saat yang sama, kita menantang mereka untuk memancangkan tekad, sampai jam berapa akan berpuasa. Ini terutama untuk anak yang belum cukup umur. Misalnya yang baru berusia 5 tahun. Tetapi kita tetap harus ingat bahwa mereka tidak boleh dipaksa puasa sehari penuh.

Mengelola Puasa

Kalau kita merasa sangat lapar, sesederhana apa pun makanan yang terhidang, akan nikmat sekali rasanya. Tapi saat mengantuk, makanan yang enak pun sulit memancing minat. Karena itu, menu saat sahur jauh lebih penting dibanding saat berbuka. Menu sahur selain menarik bagi anak, juga perlu mempertimbangkan agar tidak menghidangkan makanan yang mengundang rasa haus.

Habis sahur, anak-anak perlu dijaga agar tidak tidur. Ba’da Subuh hingga sekitar jam 11.00 pagi adalah saat-saat yang sangat penting. Kalau di waktu-waktu tersebut ada melakukan kegiatan yang menyenangkan dan secara fisik aktif, biasanya waktu berikutnya hingga saat berbuka tiba tidak ada masalah yang berarti. Tetapi kalau kita lalai sehingga mereka tertidur hingga pagi jam 09.00 misalnya, pada umumnya anak mulai tidak tahan menghadapi haus dan lapar, terutama menjelang tengah hari. Ini terutama untuk anak-anak yang berusia antara 5-8 tahun. Anak-anak yang lebih tua pun merasa sangat tidak nyaman sehingga puasa terasa sangat menyiksa jika mereka tidur antara Subuh hingga jam 09.00 atau jam 10.00. Apalagi kalau tidur mulai habis Sahur.

Awal-awal puasa, biasanya anak makan sahur dalam kondisi mengantuk, sehingga mereka cenderung ingin bersegera menyudahi acara makan untuk berangkat tidur kembali. Karena itu, usahakan agar saat sahur benar-benar menarik anak; menarik bukan karena makanan yang mewah, tetapi karena ada kehangatan yang mereka temukan. Selain itu, upaya agar makan sahur lebih menarik buat mereka adalah dengan menyediakan jajanan anak yang bergizi dan disukai anak.

Jadi jika ada rezeki, hidangan sahurlah lebih penting untuk diperhatikan. Bukan buka puasa. Sekurangnya, ada makanan yang menarik minat anak, meskipun hanya dari cara menyajikannya.

Bangunkan anak secara menyenangkan. Bangunkan agak awal agar mereka memiliki kesiapan emosi sebelum makan. Jika memungkinkan, libatkan anak-anak untuk membantu penyiapan makan sahur sebab ini lebih menggairahkan mereka. Beri mereka tugas sesuai dengan umurnya. Anak yang berusia 5 tahun bisa kita beri tugas menyiapkan sendok, misalnya.

Berkenaan dengan bermain, apa saja yang bisa dilakukan anak saat berpuasa? Dulu saya membatasi anak bermain agar tidak melakukan permainan yang banyak menguras tenaga. Saya khawatir ini menyebabkan mereka kehabisan energi sehingga tidak kuat berpuasa. Tetapi belakangan saya justru bersikap sebaliknya. Pagi hari mereka bisa melakukan aktivitas apa pun yang menarik, termasuk bermain bola, sehingga mereka tidak mengantuk dan secara fisik mereka aktif. Permainan ini bisa dilakukan sampai sekitar jam 11.00 atau 12.00.

Biasanya, jika anak-anak banyak melakukan aktivitas fisik yang menantang, selepas Dzuhur mereka sudah mengantuk. Tidur saat capek karena aktivitas fisik merupakan cara yang sangat efektif untuk memulihkan energi.

Anak-anak yang sudah berusia sekitar 10 tahun mungkin tidur sekitar 2-3 jam. Sedangkan anak-anak yang berusia di bawahnya biasanya memerlukan waktu yang lebih lama. Yang jelas, begitu bangun mereka insya Allah akan segar kembali sehingga bersemangat melakukan berbagai aktivitas.

Nah, sekarang saatnya memberi mereka kegiatan-kegiatan yang bersifat lunak. Meskipun mereka masih boleh berlari-lari, tetapi sebaiknya kita arahkan mereka untuk melakukan aktivitas permainan atau intelektual.

Membaca buku-buku menarik, berdiskusi, mengaji atau mengikuti kegiatan TPA/TPQ di masjid sangat pas buat mereka. Kegiatan yang dilakukan setelah mereka memperoleh istirahat yang cukup ini insya Allah membuat mereka melupakan rasa lapar. Keasyikan membuat datangnya waktu Maghrib tak terasa lama.

Wallahu a’lam bishawab.

Sebagai penutup, sekedar untuk mempertegas pembicaraan kita di awal, tidur di antara Subuh sampai menjelang siang akan membuat anak merasa sangat tidak nyaman dan cepat lelah sehingga waktu puasa terasa sangat panjang. Jika ini terjadi, sebelum Dzuhur tiba pun anak-anak sudah berteriak lapar.

Oleh: Muhammad Fauzil Adhim
[pkskelapadua]


DPD PKS Siak - Download Android App


«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama
0 Comments
Tweets
Komentar