Harga CPO Merangkak Naik
PKS SIAK, JAKARTA - Angin segar mulai berhembus di industri kelapa sawit. Harga crude palm oil (CPO) yang sebelumnya terus turun kini mulai merangkak naik. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Joko Supriyono mengatakan, harga CPO sebenarnya sempat naik pada Februari lalu. Namun sejak Maret tercatat terus turun hingga Mei. "Namun pada Juni sudah naik lagi," ujarnya di Jakarta Kamis (25/6/2015).
Data GAPKI menunjukkan, sepanjang 2015 harga CPO tercatat mencapai level tertinggi pada Februari sebesar 678,5 dolar AS per metrik ton. Kemudian terus turun hingga 653,2 dolar AS per metrik ton. namun pada tiga pekan pertama Juni harganya bergerak naik ke kisaran 662 dolar AS hingga 680 dolar AS per metrik ton.
Joko menyebutkan, permintaan minyak sawit akan terus tumbuh di pasar global. Hal itu didorong kebijakan negara importer seperti Cina yang sedang menggalakkan penggunaan biodiesel meskipun saat ini masih mengutamakan komoditas kedelai. Namun, saat harga kedelai naik, CPO akan dilirik. "Di India, permintaan juga naik seiring mandatori biodiesel pada 2017 nanti," katanya.
Dari pasar global, penghasil CPO terbesar kedua terbesar Malaysia juga menargetkan mandatori biodiesel 10 persen berbasis CPO per Oktober 2015. Karena itu, secara otomatis pasokan CPO dari negeri jiran itu akan berkurang ke pasar global. "Ini peluang Indonesia untuk menambah pasokan," ucap Joko.
Di Indonesia, kebijakan "mandatori biodiesel 15 persen diharapkan bisa menambah serapan CPO di pasar domestik. Dengan begitu, diperkirakan serapan CPO untuk biodiesel bisa mencapai 4,4 juta ton. Berdasar studi LMC International, setiap kenaikan 1 juta ton pemakaian CPO di dalam negeri akan mendorong peningkatan harga CPO di pasar internasional USD 96 per metrik ton.
Dengan berbagai fakta tersebut, GAPKI memperkirakan sampai akhir tahun ini harga CPO global menunjukkan tren yang cenderung naik dan bergerak di kisaran 660-700 dolar AS per metrik ton. "Ini berita positif," ujarnya.
Terkait produksi CPO, GAPKI memperkirakan sampai akhir 2015 bakal mencapai 32,5 juta ton. Namun, pelaku usaha CPO mulai mencermati potensi terjadinya gangguan cuaca el nino yang berpotensi mempengaruhi produksi CPO. "Kalau el nino-nya parah, produksi pasti turun," katanya.
Sumber JPNN