Select Menu

Iklan 1080x90

SaintekSIROH

PKS BERKHIDMAT UNTUK RAKYAT

BERITA SIAK

FIQIH

SIROH

Kesehatan

Saintek

Video Pilihan

» » Amerika Mengkambinghitamkan Islam, Akhirnya Saya Tertarik dan Masuk Islam

Amerika Mengkambinghitamkan Islam, Akhirnya Saya Tertarik dan Masuk Islam


By: Abol Ezz Kamis, 21 Maret 2013 0

Saya telah mencari agama begitu lama dalam kehidupan ini. Saya meneliti Katolik. Saya mempelajari Daoisme untuk beberapa waktu….. Saya juga turut meneliti agama Hindu..Saya membaca Nietzsche, Marx, Kant. Saya mempelajari bahasa Inggris, saya mengambil kursus honors Inggris. Lewat kursus ini saya membaca beberapa sisi poin yang berbeda berkaitan dunia.

Saya tertarik untuk meneliti berbagai agama karena kehidupan disfungsional keluarga saya ketika saya masih anak-anak. Saya tidak ingin menyalahkan siapapun dalam hal ini.

Apa yang penting bagi saya adalah katalis yang telah membawa saya kepada Islam. Karena studi agama yang telah saya lalui, saya menyadari bahwa terdapat beberapa prinsip yang diterapkan dalam agama, politik dan sosialis. Salah satu prinsip disebut dengan nama 'mengkambinghitam', sebuah konsep yang begitu akrab dengan Rusia.

Bagi mereka yang tidak memahami konsep mengkambinghitamkan pihak lain, ia adalah seseorang yang disingkirkan bagi manfaat seluruh kelompok. Sebagai satu contoh untuk menjelaskan konsep ini ialah ketika terjadinya peristiwa 11 September, saya menyadari bahwa Amerika untuk sebab tertentu telah mengkambinghitamkan Islam.

Saya belum memeluk Islam ketika itu. Saya belum membuat keputusan apapun, masih mencari.

Fakta bahwa Amerika mengkambinghitamkan Islam, ya atau tidak, adalah ia memang tampak sekali seperti itulah yang akan terjadi. Maka saya berpikir sendiri, jika kita ingin mengkambinghitamkan sesebuah bangsa, dan jika kita ingin memburu mereka sebagai punca problema terhadap bangsa barat, maka sebaiknya kita membaca buku-buku mereka, mendengar beberapa lagu mereka dan sekurang-kurangnya kita akan mengetahui apa cerita disebaliknya sebelum kita melewati proses penghambatan dan penindasan keatas bangsa tersebut.

Sayapun membeli sebuah al-Quran, bukan terjemahannya; hanya sekadar terjemahan literal bahasa Arab ke Inggris. Saya mulai membacanya. Pada mulanya ia kelihatan seperti puisi bagi saya, tetapi maksudnya, karena saya tidak memahami bahasa Arab, maka saya tidak dapat menikmatinya. Sayapun memutuskan untuk mendalaminya sedikit, dengan mengasumsinya mungkin ia merupakan seluruh agama.

Saya ke masjid dan bercakap dengan Syeikh Yasser yang memberikan kepada saya al-Quran versi Raja Fahd yang telah diterjemahkan pada 1400 A.H. oleh sekelompok cendikiawan. Mereka menerjemahkannya ke bahasa Inggris untuk memudahkan orang yang bahasa ibunya adalah Inggris, sehingga dapat memahami isinya.

Sebuah Versi yang Lebih Kukuh dari Injil

Ketika membaca versi Quran ini saya merasakan bahwa inilah sebenarnya kata-kata Tuhan, seperti yang diperkatakan lewat manusia. Pada masa itu saya tidak mengetahui apa-apa mengenai buku-buku Islam yang lain. Saya juga tidak kenal dengan Nabi Muhammad Saw. Apa yang saya tahu hanyalah bahwa saya sedang membaca versi yang lebih kukuh dari Injil, ia bukan sekadar kata-kata inspirasi Tuhan, ia memang kata-kata dari Tuhan, dan ia bukan sekadar kata-kata literal Tuhan.

Kita memiliki data Nabi Muhammad Saw dari kelahiran sehingga ajalnya, dan kitab suci ini mencakup cara hidup termasuk politik, agama, bagaimana untuk mengawasi keluarga, bagaimana untuk menangani anak lelaki, bagaimana untuk menangani anak perempuan ketika mereka melawan.

Saya mempelajari sebuah filsafat lengkap Daoisme, tetapi bukan cara hidup yang sempurna. Ia begitu sulit untuk membandingkan sebuah agama Timur dengan agama-agama Timur yang lain. Daoisme adalah sebuah agama yang sangat rumit. Hinduisme juga adalah sebuah agama yang sangat rumit. Islam juga demikian.

Sebenarnya bukan saya yang harus memutuskan yang mana salah dan yang mana benar.
Hanya ketika saya membaca al-Quran, saya merasakan bahwa terdapat keyakinan yang mendalam dalam diri saya. Bahwa saya telah menemui firman Tuhan dalam bentuk tulisan. Saya tidak akan melakukan sesuatu tanpanya.

Saya memeluk agama Islam pada tahun 2002 di Jerman. Saya melakukannya di sebuah masjid Turki dengan saran dari seorang pria bernama Aladin.

Saya berusaha keras untuk mengikuti nasihat dan saran yang diberikan oleh orang sekitar saya. Saya menyimpannya di dalam hati dan karena beberapa hal ada kalanya saya tidak dapat mengamalkan agama Islam sepenuhnya. Maka saya menyimpannya dalam hati sehingga saya bisa menunaikannya dan menjadi seorang muslim seperti apa yang tertera di dalam Quran.

Melewati Proses Penyucian

Saya percaya secara pribadi bahwa tidak ada faedahnya jika setelah memeluk Islam, saya menjadi seorang muslim yang tidak baik. Ini adalah niat dan tekad saya, seandainya saya memeluk Islam secara pribadi saya ingin menjadi seorang muslim yang baik dan mempelajarinya.

Bukan sekadar menunaikan shalat lima kali sehari. Ia merupakan doa, ia merupakan seluruh proses akal anda, seperti sebiji bawang, setiap kali anda melaksanakan sebuah pembersihan, anda akan dapati ada lagi lapisan yang harus dibersihkan, dan di bawahnya terdapat lagi lapisan yang harus dibersihkan. Seperti apa yang saya lihat: ia seperti sebiji bawang.

Setiap kali anda ke masjid dan berbicara dengan seorang muslim yang telah menjadi muslim selama 30 atau 40 tahun, anda akan dapati secuil bawang yang bisa anda makan dan menikmatinya serta mengingatinya. Dan setiap kali anda kembali ke masjid dan anda memperlihatkan upaya tambahan anda akan secuil lagi bawang.

Anda tidak akan pernah dapat mengharapkan untuk memakan seluruh bawang. Tetapi setiap bagian Islam yang anda cerna, dan anda pahami ia akan menjadi momen istimewa ketika anda bisa berkata kepada diri anda sendiri,"Saya mempunyai sedikit realita tersebut dalam kepala saya pada masa dan momen tersebut." Dan pada detik-detik itulah saya mulai membina keimanan saya dalam Islam. Dan bagi saya ia merupakan hak pribadi saya.

Ia bukan sebuah perjalanan yang sedang saya lewati karena saya berusaha untuk mengesankan anda, atau karena saya berusaha untuk mengesankan teman-teman saya. Kebanyakan hal yang saya lakukan adalah di belakang pintu tertutup dimana tidak ada kamera dan bersama dengan mereka yang telah mempelajari Islam agak lama.

Tukang Emas yang Bijaksana

Ini merupakan perjalanan saya sendiri untuk mencari sesuatu sebagai berlian kasar. Anda mungkin punya dua batu yang berat, ukuran dan potensinya sama. Anda memberikannya kepada tukang emas yang bisa memotong batu dengan baik, dan anda memiliki batu yang berharga. Anda bisa menyerahkannya batu itu kepada seorang tukang emas yang tidak bisa memotong batu, dan anda bisa memiliki batu tidak berharga yang bisa berubah menjadi kristal.

Apa yang terjadi di belakang pintu tersebut dalam pengajaran Islam, bagi mereka yang telah belajar dan menghadiri shalat, ia merupakan kehidupan saya, hati dan jiwa saya yang berada di tangan tukang-tukang emas yang tahu memotong batu. Harapan saya ialah pada satu hari nanti perilaku saya akan memantulkan kepintaran dan kepakaran si tukang emas itu tadi.

Bukanlah diajar oleh hanya satu orang. Maksud saya keseluruhan Islam yang diajar oleh mereka yang peduli untuk mengambil saya selepas shalat membentuk jiwa, hati dan akal saya untuk menjadi berlian. Sehingga saya sebagai manusia bisa pula memberi kesan kepada yang lain. Dan ketika mereka berkata,"Wah anda bersinar demikian terang!" Dan sesungguhnya saya merasa bangga sekali.

Mungkin, apa yang ingin saya katakan, ia akan berlaku andainya saya belajar keras dan saya belajar mengenai agama ini dari ajaran-ajaran mereka yang pandai mengenainya.

Saya adalah seorang yang terbuka. Siapa saja yang bertanya tentang Islam, saya akan memberikan mereka jawaban yang memuaskan. Saya menganggap ini sebuah peluang…

Mereka yang mengenali saya merasa takjub. Mereka menerima perubahan yang terjadi pada diri saya.

*http://www.suaranews.com


DPD PKS Siak - Download Android App


«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama
0 Comments
Tweets
Komentar