Asa PKS di Tengah Badai
By: Abul Ezz
Jumat, 17 Januari 2014
0
pkssiak.org, JAKARTA -
Penahanan Luthfi Hasan Ishaaq pada akhir Januari 2013 oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi menjadi badai yang mengguncang Partai Keadilan
Sejahtera. Langkah cepat yang difokuskan pada konsolidasi internal
menjadi prioritas PKS untuk menghadapi badai tersebut.
”Peristiwa itu pukulan di jantung dan kepala PKS,” kata Presiden PKS Anis Matta tentang kasus yang menimpa Luthfi.
Pantauan
Politicawave selama beberapa hari setelah penahanan Luthfi karena kasus
pengaturan kuota impor daging sapi menunjukkan, indeks sentimen negatif
untuk PKS mencapai minus 9,24 (Kompas, 3 Februari 2013).
Badai itu pun
membuat PKS mengubah strategi yang sudah lama dicanangkan. Awalnya, PKS
membagi pertumbuhan menjadi tiga tahap. Pertama adalah integrasi gerakan
dakwah menjadi parpol (1999-2004). Tahap kedua menjadi arus utama dalam
politik (2004-2009), yang ditunjukkan dengan mendukung Susilo Bambang
Yudhoyono sebagai presiden. Sementara tahap ketiga adalah memenangi
pemilu yang disebut PKS sebagai tahapan leading.
Target PKS masuk
dalam tiga besar perolehan suara terbanyak pada Pemilu 2014 menjadi
bagian dari langkah partai itu di tahapleading. Namun, setelah kasus
Luthfi, langkah PKS di tahap leadingsedikit terganggu. Anis menyebut
kasus Luthfi sebagai jeda, penghentian langkah untuk sementara.
Kasus Luthfi, kata
Anis, juga menjadi pelajaran, terutama untuk lebih berhati-hati.
”Ibaratnya, peristiwa itu terjadi karena berdiri di pinggir sumur. Jika
berada jauh dari sumur, tentu harus diseret untuk masuk ke sumur.
Setelah jatuh masuk ke sumur, yang pertama ingin dilihat orang bukan
mengapa jatuh, melainkan apakah bisa bangkit kembali?” ujarnya.
PKS lalu memasang
dua strategi untuk bangkit kembali setelah badai akibat kasus Luthfi.
Pertama dengan mengontrol kerusakan dan kedua mempertahankan pertumbuhan
suara.
Konsolidasi
internal lalu menjadi langkah pertama PKS untuk menghadapi masalah ini.
”Ibarat kapal di tengah badai, konsentrasi pertama adalah memastikan dan
menjaga kapal tidak bocor,” kata Anis.
Soliditas kader
selama ini jadi modal utama PKS. Kondisi itu tidak lepas dari sejarah
PKS yang muncul dari gerakan dakwah kampus yang ada sejak 1970-an.
Dengan demikian, menurut Burhanuddin Muhtadi dalam buku Dilema PKS,
Suara dan Syariah, PKS tak bergantung pada ketokohan figur. PKS lebih
mementingkan egalitarianisme dan kekuatan kolektif.
PKS juga memiliki struktur yang terorganisasi dengan rapi dan program yang jelas.
Latar belakang
sejarah dan keteraturan organisasi itulah yang menyebabkan selama ini
kader PKS relatif amat solid. Kader memiliki keterikatan historis dan
ideologis dengan partai sehingga tunduk pada garis partai.
Untuk memastikan
dan menjaga tetap tingginya soliditas kader meski ada kasus Luthfi, Anis
sejak dilantik menjadi Presiden PKS langsung berkeliling ke daerah.
Daerah-daerah yang saat itu akan menjalankan pilkada, seperti Provinsi
Jawa Barat dan Sumatera Utara, menjadi prioritas. PKS ingin memastikan,
mesin partai tetap bekerja.
Sekretaris Jenderal
PKS Taufik Ridho menjelaskan, hasil survei sejumlah lembaga yang
cenderung negatif menjadi cambuk bagi partainya untuk terus berbenah.
Seluruh mesin partai menyadari, yang harus dilakukan adalah bekerja dan
bekerja.
PKS lebih memilih
bertemu langsung dengan masyarakat daripada melaksanakan acara-acara
dengan pengerahan massa. Semua petinggi PKS berupaya memenuhi semua
undangan masyarakat atau kelompok masyarakat, apa pun acaranya, termasuk
acara pengajian di tingkat rukun warga.
PKS juga memilih memakai pendekatan per daerah pemilihan untuk pemenangan pemilu.
Konsolidasi tidak
hanya dilakukan oleh kader di dalam negeri. Sepanjang tahun 2013,
pengurus PKS dari 20 negara sudah dua kali berkumpul. Pertama di
Istanbul, Turki, pada pertengahan April. Pertemuan kedua di Kuala
Lumpur, Malaysia, pada akhir Desember lalu. Sebanyak 7.000 kader PKS
luar negeri ditugaskan mendekati masyarakat dengan memberikan pelayanan
kepada warga Indonesia di luar negeri.
Optimis
Dengan sejumlah
langkah yang telah dilakukan, PKS optimistis menghadapi Pemilu 2014.
Apalagi, sepanjang tahun 2013, PKS memenangi sejumlah pilkada. Sejumlah
kader partai itu juga berhasil meraih kursi gubernur, seperti di Jawa
Barat (Ahmad Heryawan) dan Sumatera Utara (Gatot Pujo Nugroho). Kondisi
ini menjadi salah satu ukuran berhasilnya konsolidasi partai itu.
Saat ini, PKS
memiliki 500.000 kader terbina dengan orang di sekeliling mereka
sekurangnya 1 juta kader. PKS juga memiliki 15.462 calon anggota
legislatif, terdiri dari 476 calon anggota DPR, 1.816 calon anggota DPRD
provinsi, dan 13.170 calon anggota DPRD kabupaten/kota. Kader dan caleg
itu juga diinstruksikan untuk terus bekerja melayani masyarakat. Dengan
itu, diharapkan mereka mampu mendulang suara dalam pemilu pada April
mendatang.
Untuk memastikan
dukungan suara, DPP PKS melakukan evaluasi rutin di tiap-tiap dapil.
Dari evaluasi itu, PKS optimistis meraih setidaknya 57 kursi DPR,
seperti perolehan di Pemilu 2009. (Anita Yossihara)
Sumber: Harian Kompas
DPD PKS Siak - Download Android App