pkssiak.org, Riau - Kabut asap di wilayah Riau
telah menyebabkan sedikitnya 49.000 orang menderita iritasi pernapasan
di Pekanbaru dan sekitarnya, sehingga seorang dokter merekomendasikan
agar warga yang beresiko untuk dievakuasi.
“Idealnya harus dievakuasi, terutama masyarakat yang beresiko terutama anak-anak, bayi, ibu hamil dan manusia lanjut usia,” kata Dokter Azizman Saad, dokter spesialis paru di RSUD Arifin Achmad, Pekanbaru, Riau, kepada wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan, Kamis (13/03) siang.
Menurutnya, evakuasi ini mendesak dilakukan karena kualitas udara di wilayah Riau dan sekitarnya sudah masuk kategori “membahayakan”.
“Karena fatal akibatnya. Udara bersih (di Pekanbaru dan sekitarnya) tidak ada lagi,” kata Azisman.
Dia mengatakan, gejala umum yang terlihat dari warga yang mengalami iritasi pernapasan yaitu berupa batuk-batuk, pilek, sesak napas hingga sakit kepala.
“Kalau dibiarkan, ini mengkhawatirkan sekali. Bisa tambah parah sakitnya, radang paru dan juga bisa keracunan oksigen,” jelasnya.
“Idealnya harus dievakuasi, terutama masyarakat yang beresiko terutama anak-anak, bayi, ibu hamil dan manusia lanjut usia.”
Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB), Kamis (13/03) mengatakan, kondisi kualitas udara di wilayah Pekanbaru dan sekitarnya “sudah pada level berbahaya.”
Data BNPB juga menyebutkan, sebanyak 49.591 orang di wilayah Riau menderita penyakit akibat asap seperti ispa, pneumonia, asma, iritasi mata dan kulit.
Pekan lalu, Dinas Kesehatan Riau melaporkan, ada peningkatan angka korban yang mengalami iritasi pernapasan dan gangguan lainnya akibat kabut asap dalam beberapa pekan terakhir, terutama di Pekanbaru.
“Hampir keseluruhan wilayah di Riau dan Sumatera Barat tertutup kabut oleh kabut asap,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas, Sutopo Purwo Nugroho, dalam keterangan persnya.
Menurutnya, arah angin yang dominan dari timur laut ke barat daya, membawa asap menyebabkan asap meluas.
Sejauh ini, menurutnya, ada 46 titik api yang terpantau satelit NOAA18 serta ada 137 titik api dari satelit Modis ada 137 titik di wilayah Riau.
“Titik api ini lebih rendah dibandingkan dengan data sehari sebelumnya,” ungkapnya.
Terkait upaya penegakan hukum dalam kasus kebakaran hutan dan lahan, menurut BNPB, mereka telah menurunkan 582 personil polisi dan otoritas terkait.
Menurut BNPB, untuk mengatasi bencana asap di Riau, Jumat pagi (14/3) besok, akan dikerahkan pesawat Hercules C-130 untuk melakukan “modifikasi cuaca”.
“Selain itu juga akan dioperasikan enam unit ground based generator sistem sprayer di bandara SSK II Pekanbaru untuk mengurangi kepekatan asap sehingga jarak pandang di bandara diharapkan dapat lebih baik dan penerbangan dapat dilakukan,” kata Sutopo dalam keterangan tertulisnya. (BBC Indonesia/sbb/dakwatuna)
“Idealnya harus dievakuasi, terutama masyarakat yang beresiko terutama anak-anak, bayi, ibu hamil dan manusia lanjut usia,” kata Dokter Azizman Saad, dokter spesialis paru di RSUD Arifin Achmad, Pekanbaru, Riau, kepada wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan, Kamis (13/03) siang.
Menurutnya, evakuasi ini mendesak dilakukan karena kualitas udara di wilayah Riau dan sekitarnya sudah masuk kategori “membahayakan”.
“Karena fatal akibatnya. Udara bersih (di Pekanbaru dan sekitarnya) tidak ada lagi,” kata Azisman.
Dia mengatakan, gejala umum yang terlihat dari warga yang mengalami iritasi pernapasan yaitu berupa batuk-batuk, pilek, sesak napas hingga sakit kepala.
“Kalau dibiarkan, ini mengkhawatirkan sekali. Bisa tambah parah sakitnya, radang paru dan juga bisa keracunan oksigen,” jelasnya.
“Idealnya harus dievakuasi, terutama masyarakat yang beresiko terutama anak-anak, bayi, ibu hamil dan manusia lanjut usia.”
Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB), Kamis (13/03) mengatakan, kondisi kualitas udara di wilayah Pekanbaru dan sekitarnya “sudah pada level berbahaya.”
Data BNPB juga menyebutkan, sebanyak 49.591 orang di wilayah Riau menderita penyakit akibat asap seperti ispa, pneumonia, asma, iritasi mata dan kulit.
Pekan lalu, Dinas Kesehatan Riau melaporkan, ada peningkatan angka korban yang mengalami iritasi pernapasan dan gangguan lainnya akibat kabut asap dalam beberapa pekan terakhir, terutama di Pekanbaru.
Peningkatan angka korban
Menurut BNPB, dampak pembakaran lahan dan hutan di wilayah Riau makin meluas.“Hampir keseluruhan wilayah di Riau dan Sumatera Barat tertutup kabut oleh kabut asap,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas, Sutopo Purwo Nugroho, dalam keterangan persnya.
Menurutnya, arah angin yang dominan dari timur laut ke barat daya, membawa asap menyebabkan asap meluas.
Sejauh ini, menurutnya, ada 46 titik api yang terpantau satelit NOAA18 serta ada 137 titik api dari satelit Modis ada 137 titik di wilayah Riau.
“Titik api ini lebih rendah dibandingkan dengan data sehari sebelumnya,” ungkapnya.
Terkait upaya penegakan hukum dalam kasus kebakaran hutan dan lahan, menurut BNPB, mereka telah menurunkan 582 personil polisi dan otoritas terkait.
Menurut BNPB, untuk mengatasi bencana asap di Riau, Jumat pagi (14/3) besok, akan dikerahkan pesawat Hercules C-130 untuk melakukan “modifikasi cuaca”.
“Selain itu juga akan dioperasikan enam unit ground based generator sistem sprayer di bandara SSK II Pekanbaru untuk mengurangi kepekatan asap sehingga jarak pandang di bandara diharapkan dapat lebih baik dan penerbangan dapat dilakukan,” kata Sutopo dalam keterangan tertulisnya. (BBC Indonesia/sbb/dakwatuna)