Saatnya Poros Keummatan dan Kenegaraan Menentukan Arah Baru Indonesia
By: Abul Ezz
Senin, 14 April 2014
0
pkssiak.org - Pengamat
 politik Islam dari Universitas Indonesia, Dr Yon Mahmudi memprediksi 
partai-partai politik yang berbasis keummatan (Islam) berpeluang 
membangun koalisi membangun pemerintahan yang kuat dengan memajukan 
pasangan calon presiden dan wakil presiden pada Pilpres 2014. Lebih jauh
 Yon Machmudi mengatakan koalisi partai keummatan bisa menjadi salah 
satu alternative koalisi dan yang terpenting memiliki kedekatan 
ideologis. Serta konstituen partai-partai ini cenderung mudah 
dimobilisasi karena adanya ikatan emosional dan ideologis dengan partai.
 
Mencermati
 koalisi yang akan terjadi, aspek-aspek teoritis pun wajib dicermati 
oleh beberapa partai politik pelaku koalisi, menyandingkan aspek 
teoritis bersama latar belakang koalisi strategis tadi, akan membentuk 
koalisi yang kuat, bertahan lama dan berorientasi kepada kebijakan yang 
memihak rakyat. Menurut Arend Lijphart (1984:48-49) di Indonesia ini ada
 empat teori yang memungkinkan untuk diterapkan, yaitu:
1. Minimal Winning Coalitions,
 Prinsip dasar dari koalisi ini adalah maksimalisasi kekuasaan atau 
sebanyak mungkin memperoleh kursi di cabinet dan mengabaikan partai yang
 tidak perlu. Koalisi tersebut dibentuk tanpa terlalu memperdulikan 
posisi partai dalam spectrum ideologi (Cipto, 2000 : 25)
2. Minimum Size Coalitions,
 koalisi ini terbentuk bila suatu partai yang memperoleh suara terbanyak
 akan mencari partai yang lebih kecil untuk sekedar mencapai suara 
mayoritas (Cipto, 2000 : 25)
3. Bargaining Proportion Coalitions,
 prinsip koalisi ini adalah memudahkan proses negoisasi dan tawar 
menawar karena anggota atau rekanan koalisi hanya sedikit. Akan tetapi 
jumlah rekanan koalisiyang sedikit bukan merupakan jaminanan bahwa 
koalisi akan berjalan lancar tanpa gangguan (Cipto, 2000 : 26)
4. Minimal Range Coalitions,
 dasar dari koalisi ini adalah kedekatan pada kecenderungan ideologis 
memudahkan partai-partai berkoalisi membentuk kabinet (Cipto, 2000 : 26)
 
Prediksi para pengamat paling tidak ada tiga koalisi yang paling yang akan terbentuk pada pilpres 2014 yaitu: 
1. Koalisi Pertama: PDIP (19.0%) dan Gerindra (11,80%) koalisi partai oposisi
2. Koalisi Kedua: Golkar (14,30%), Demokrat (9,60%) Hanura (5,50%) dan Nasdem (6,90%) koalisi partai besar
3. Koalisi Ketiga yaitu PKS (6,90%), PKB (9,20%), PAN (7,50%) dan PPP (6,70%)koalisi partai tengah (Poros Keummatan) 
*(Catatan: data perolehan suara sifatnya sementara yang bersumber dari detik.com (quick count) per 10 April 2014.)
tiga
 bentuk koalisi ini sangat menarik dan proporsional jika berlanjut pada 
Pilpres mendatang karena didukung oleh candidat capres masing masing 
partai yang kredibel dan kuat. Koalisi partai oposisi memilki Jokowi dan
 Prabowo  yang sudah lama digadang-gadang. Koalisi partai besar memiliki
 Abu Rizal Bakrie, Dahlan Iskan, Wiranto dan Surya Paloh yang juga sudah
 diorbitkan sejak lama.Koalisi partai tengah tidak kalah kuatnya karena 
telah memiliki calon calon presiden yang tidak kalah polpulernya yaitu 
Anis Matta/Hidayat Nur Wahid/Ahmad Heryawan, Mahfudz MD dan Hatta Rajasa
 dan yang lainya. 
Secara
 garis besar hanya akan ada dua poros strategis yaitu poros keummatan 
dan poros nasionalis sekuler. Pembentukan koalisi tidak ubahnya 
peristiwa lamar-melamar dalam proses pernikahan. Harus ada pelamar dan 
harus ada yang dilamar. Pelamar biasanya lebih aktif dan akan memimpin 
bahtera rumah tangga nantinya, sedangkan yang dilamar selalu 
dikondisikan pasif dan lebih banyak menunggu. Pelamar adalah sosok yang 
akan menjadi tulang punggung sedangkan yang dilamar akan menjadi tulang 
rusuk. 
Selama
 ini poros keummatan selalu digambarkan sebagai gadis cantik yang siap 
untuk dilamar oleh poros nasionalis sekuler. Sehingga poros keummatan 
hanya dijadikan pendamping saja. Bila kurang diperlukan dapat ditalak 
kapan saja.Fenomena ini dapat kita saksikan pada koalisi poros keummatan
 ketika partai demokrat memimipin setgab koalisi. Salah partai poros 
keummatan yang sangat kritis dan menyadari ini barulah PKS. Sehingga PKS
 menyatakan pada pilpres 2014 siap memimpin koalisi atau siap memimpin 
oposisi. 
Poros
 Keummatan dan kenegaraan harus menjadi otak, hati dan tulang pungung 
Indonesia Indonesia adalah Negara yang majemuk. Negara yang besar dan 
mempunyai keanekaragaman potensi apabila bisa disatukan dalam satu 
barisan yang kuat dan stabil. Indonesia ini besar, tidak hanya bisa 
dipimpin oleh satu kelompok saja semua anak bangsa harus bergandeng 
tangan saling bekerjasama dengan rasa cinta, kerja cerdas dan keras 
dalam harmoni dalam kebersamaan. 
Kita
 adalah suatu bangsa yang bernama Indonesia. Bangsa ini telah melampaui 
identitas-identas kelokalannya memilih satu identitas Indonesia. Kita 
sedang merancang nasib kita sendiri. Kita sedang menentukan peta jalan 
sejarah hidup kita sendiri. Indonesia saat sekarang ini harus bisa 
memberikan sumbangsih bagi peradaban dunia. Indonesia adalah salah satu 
dari sedikit  bangsa yang lahir dari klaim-klaim primordialnya. Karena 
beban berat tidak bisa kita pikul sendiri.
Pemilu
 2014 secara umum semua partai tidak ada yang mendapatkan suara yang 
dominan. Rata-rata perolehan partai 7-15%, rata-rata merupakan partai 
menengah. Sehingga dalam pemilihan presiden mau tidak mau partai-partai 
harus mengadakan koalisi dalam system presidensial agar kuat diparlemen 
untuk menjalankan agenda-agenda pemerintahannya.
Selain
 itu, koalisi ini  harus mampu menghilangkan kegalauan Indonesia. 
Mengajak rakyat untuk tetap optimis, tidak menjual kecemasan walau masih
 banyak masalah yang belum kita selesaikan. Indonesia bukanlah Negara 
yang teramat miskin dan porak-poranda. Secara umum kita telah 
menyelesaikan besar masalah kebutuhan hidup yang layak rakyat kita. 
Indonesia adalah Negara menengah yang harus bisa melompat lebih tinggi 
yang akan membawakan kesejahteraan dan mewujudkan keadilan dan 
kesejahteraan yang lebih luas dan merata. 
Perkembangan
 dunia yang yang semakin flat (datar) dan pasar bebas, dalam waktu dekat
 ini AFTA (ASEAN Community 2015).Indonesia harus bisa berperan dalam 
perkembangan peradaban dunia. Menentukan arah pertumbuhan ekonomi, 
mempengaruhi dan menjadi teladan dalam mengatur aktivitas sosial politik
 dan kebudayaan serta ikut menjaga stabilitas keamanan dunia. 
Intinya
 Indonesia harus menjadi pemimpin negerinya sendiri dan berperan aktif 
dalam pergaulan dunia  baik regional maupun internasional. Indonesia 
harus bisa membagi berkah dan rahmah bagi dunia internasional. 
Poros
 koalisi keummatan dan kenegaraan ini harus mampu menjadi otak, hati  
dan tulang punggung Indonesia. Kita perlu memiliki mimpi besar dan 
menulis peristiwa besar dalam sejarah kebangsaan kita. Maka poros 
keummatan dan kenegaraan inilah yang akan menulis, menentukan sejarah 
dan masa depan Indonesia serta bertanggungjawab mengeksekusinya. Koalisi
 inilah yang akan bergandeng tangan dan memikul beban berat 
keindonesiaan bagi kontribusi kebaikan dunia. 
Syarat-Syarat
 terbentuknya poros keummatan dan kenegaraan yang kuat ada beberapa 
persyaratan yang harus dipunyai poros keummatan untuk menjadi otak, hati
 dan tulang punggung Indonesia:
1. Lapang dada untuk menentukan tokoh yang akan diusung menjadi calon presiden dan wakil presiden. 
2. Ada minoritas kreatif di parlemen 
3.
 Pandai membangun hubungan dengan kelompok kepentingan (corparatist 
group relations) aktor ekonomi, buruh, pebisnis, pengambil kebijakan. 
4. Memberikan ruang perbedaan untuk kompetisi antar kelompok kepentingan (pluralist interest group relations) 
5. Mempunyai basis massa yang jelas, mudah dimobilisasi sesuai dengan bahasa zaman dan tuntutannya. 
Geopolitik Partai-partai di Indonesia 
Pemilu
 2004 telah mengikis kuatnya polarisasi  politik aliran di Indonesia. 
Polarisasi  politik berdasarkan ideology tidak lagi menyebabkan 
ketegangan di Indonesia. Karena hampir seluruh partai di Indonesia 
berbasis umat Islam. Jadi ketegangan antara Islam, Modernitas dan 
ke-Indonesiaan telah selesai. 
Partai-partai
 semuanya menjadi lebih terbuka. Partai berbasis islam menjadi lebih 
terbuka dan partai berbasis nasionalis selalu mempunyai sayap keislaman.
 Secara umum geopolitik partai di Indonesia dibagi dalam tiga alur saja.
 Ada tiga kelompok kekuatan politik. Masih seperti di orde baru yaitu 
kelompok sayap kiri (bantengis) kelompok sayap kanan (Bintangis) dan 
kelompok menengah (beringinis). 
Sayap 
 kiri mempunyai sifat psikologis yang selalu was-was terhadap potensi 
munculnya perbedaan berdasarkan latarbelakang agama atau peletakan 
posisi agama khusus agama Islam dalam tatanan konstitusional Negara. 
Derivate dari kelompok ini adalah PDIP,  Gerindra, Nasdem dan PKPI. Atau
 jamak mereka disebut nasionalis sekuler.
Sayap
 Kanan mempunyai sifat psikologis menilai kekuatan politik menyatakan 
bahwa agama merupakan bagian tidak terpisahkan dari roh dan 
semangatkebangsaan Indonesia maka harus menjadi pondasi konstitusional 
Negara. Derivate dari sayap kanan ini adalah PPP,PKS, PBB, PAN, dan PKB.
Sedangkan
 sayap menengah mempunyai sifat psikologis kekuatan politik dan agama 
merupakan bagian yang tidak terpisahkan yang diperlukan adalah negosiasi
 antara politik dan agama dalam membangun pondasi konstitusional Negara.
 Derivate sayap menengah ini adalah Golkar dan Hanura. 
Sayap
 kanan dan sayap menengah ini biasa disebut dengan nasionalis religius. 
Sayap kanan dan menengah inilah yang berpotensi membentuk koalisi poros 
keumatan dan kenegaraan. 
Sifat alamiah psikologis partai-partai ini secara spesifik bisa kita jelaskan sebagai berikut: 
1. Golkar dengan jargon Golkar barunya sudah sangat berubah dengan sifat psikologis Golkar di zaman Orde Baru. 
2. PKB merupakan intelektual muslim yang terfilter dari basis massa NU
3. PAN merupakan intelektual muslim yang terfilter dari basis massanya Muhammadiyah. 
4. PKS adalah anak biologis dan anak ideologis reformasi 1998. (anak kandung reformasi) 
5. PBB adalah basis massa dari partai masyumi modern yang mempunyai ide-ide yang brilian mengenai Islam dan kebangsaan. 
6. Hanura adalah Inti dari hati nurani Golkar. 
Analisis Rekomposisi koalisi besar Poros keummatan dan kenegaraan 
Pertama, poros keummatan dan kenegaraan yang ideal. Golkar, PKB, PAN, PKSPBB, Hanura dan PBB.  Sekitar 70% suara. 
Kedua, PKS, PPP,PAN,PKB dan PBB sekitar 32%
Ketiga, Golkar, PKS  dan Hanura sekitar 30%.
Formasi
 diatas adalah konfigurasi pendekatan ideal terbentuknya poros keummatan
 dan kenegaraan. Selain kemungkinan ini masih ada kemungkinan formasi 
lain yaitu tidak terkutubnya koalisi yang akan terjadi. 
Epilog
Indonesia
 saat sekarang ini harus sudah menjemput takdirnya untuk menjadi 
lokomotif peradaban dunia. Kepentingan bangsa, ummat dan Negara diatas 
segalanya. Poros koalisi keummatan dan kenegaraan ini harus bisa berdiri
 diatas segala golongan. Tidak hanya menjadi payung, tenda besar tapi 
harus menjadi rumah besar bagi seluruh rakyat Indonesia. Politik adalah 
lapangan untuk bermain bukan untuk saling memerangi antar anak bangsa. 
Kekuatan riil politik saat sekarang ini bertumpu pada pelayanan kepada 
rakyat. 
Hal
 yang menarik dari kemenangan meyakinkan dari AKP yang meraih 49% di 
Pemilu30 Maret 2014 lalu, adalah para pejabat publiknya yang 
berlomba-lomba menunjukkan kekonsistenan pelaksanaan kebijakannya selama
 memimpin, bukan sekadar menjalankan program yang sifatnya temporer 
menjelang pemilu saja. Contohnya adalah walikota Ankara, ibukota Turki, 
yang konsisten membangun metro sehingga saat ini terdapat 3 jalur metro 
selama masa  kepemimpinannya. Istanbul bahkan memiliki 5 jalur.
Ketidakkonsistenan
 pejabat publik akan dimanfaatkan dengan cepat oleh lawan politiknya, 
bukan untuk dijatuhkan namanya, namun untuk dipraktekkan di daerah 
kepemimpinannya. Di sinilah terlihat, kompetisi dalam demokrasi membawa 
hikmah bagi masyarakat.
Salah
 satu partai yang sangat mungkin menjadi perekat dalam poros koalisi 
keummatan dan kenegaraan ini adalah PKS. Alasannya mereka adalah 
kelompok yang sangat berlapang dada dan terbukti mampu bertahan di 
tengah badai. Kepemimpinan ke depan memerlukan orang-orang yang teruji 
dalam kesulitan lalu mereka bisa melaluinya dengan baik. Mereka 
senantiasa memberikan berkah dan rahmat kepada semua orang. Mereka tidak
 besar. Karena peradaban besar tidak dibangun oleh banyak orang tapi 
oleh sedikit orang. Arnold Toynbee menyebutnya “Minoritas Kreatif”. 
Esensi
 dari politik persis seperti yang dijalankan  PKS,  masuk ke bidang 
politik atau demokrasi adalah semata-mata menjadi pelayan masyarakat 
untuk meraih ridho Allah, insyaa Allah. Dan saat ini, dengan meratanya 
kekuatan partai politik, kartu truf pilpres RI ada di tangan PKS. Karena
 ketika menghadapi badai rekayasa politik, PKS berdiri sendirian. 
Sehingga saat seperti sekarang ini bagi PKS adalah masa yang paling 
tidak memiliki beban psikologis apapun untuk menentukan langkah ke 
depan. Bisa fokus amar ma’ruf nahi munkar di oposisi, namun jika kader 
terbaik PKS diajukan sebagai Capres*  untuk membentuk koalisi, platform 
PKS yang menekankan AYTKTM (Apapun Yang Terjadi Kami Tetap melayani) 
sebagai harga mati, mutlak untuk di-bargain-kan baik ke luar maupun ke 
dalam. 
Oleh: H. Sofyan Siroj, Lc, MM
Direktur Utama Qolbu Re-ngineering (QR) Foundation
Alamat: Jl Cipta Karya Gg. Hidayah No. 94 Panam- Pekanbaru Riau
DPD PKS Siak - Download Android App
 


