Mikroskop Elektron Menyingkap Manusia Bukan Berasal dari Kera
By: admin
Kamis, 06 November 2014
0
pkssiak.org - Benarkah manusia itu berevolusi dari kera? Hal ini selalu diperdebatkan selama bertahun-tahun. Sekarang, jika teori evolusi yang pernah diungkapkan Darwin itu di buka kembali akan membuat kita terkejut, "Jangan asal bicara, Darwin sendiri sudah punya kesimpulan!"
Ketika Darwin mengemukakan teori evolusi kala itu, biologi
baginya bagaikan kotak hitam, dia sama sekali tidak memahami jaringan
biologi yang akurat pada tingkat molekuler. Ia mengira sel itu sangat
sederhana dan sangat mudah berevolusi dari benda tak bernyawa.
Terhadap teori terkait yang disimpulkan, Darwin sendiri juga agak bimbang dan ragu, karena itu dia baru mengatakan, "Jika
bisa membuktikan terdapat organ kompleks yang tidak mungkin terbentuk
melalui perubahan kecil, tak terbatas dan berkelanjutan, maka teori saya
benar-benar gagal."
Pada masa pertengahan tahun 90-an, dengan adanya perkembangan teknologi biokimia dan mikroskop elektron, memungkinkan para ilmuwan melihat sel sebagai unit dasar kehidupan itu betapa rumit dan tak terbayangkan, yang bisa dengan segera membuktikan kegagalan teori Darwin dengan mata telanjang.
Hal ini tentunya bukan kesalahan dari Darwin, karena kala itu belum ada mikroskop elektron, sedangkan teknologi biokimia juga kurang canggih. Jika dia dapat bertahan hidup sampai tahun 90-an, maka dia sendiri yang akan tampil ke depan sambil berkata, Maaf, teori saya itu murni menyesatkan dunia dan saya minta untuk segera dibuang."
Professor Michael Behe mengoreksi atas nama Darwin
Michael Behe, seorang ahli biokimia sekaligus professor biokimia dari Lehigh University, Pennsylvania, AS, yang membantu Darwin membetulkan kesalahan besar itu. Adalah buku 'Darwin Black Box' yang diterbitkannya pada 1996 lalu itu telah mengguncang komunitas ilmuwan dunia.
Professor Behe menuturkan, bahwa sehubungan dengan struktur sel yang begitu rumit dan kompleks yang diungkap biokimia modern, membuat komunitas ilmuwan seakan-akan menjadi lumpuh. Namun, baik dari Harvard University, National Institutes of Health atau National Academy of Sciences, dan bahkan segenap pemenang Nobel Prize sekalipun, tidak ada yang bisa secara detail menjelaskan, bagaimana sistem biokimia yang begitu presisi dan rumit itu berevolusi menurut pola evolusi Darwin.
Ketika sel-sel itu dikelompokkan bersama dengan struktur yang sedemikian kompleksnya, dipastikan hal itu bukan secara kebetulan bisa terjadi begitu saja. Meski hanya berupa sel tunggal, strukturnya juga sangat rumit bagaikan sebuah kota metropolitan model kecil.
Pada masa pertengahan tahun 90-an, dengan adanya perkembangan teknologi biokimia dan mikroskop elektron, memungkinkan para ilmuwan melihat sel sebagai unit dasar kehidupan itu betapa rumit dan tak terbayangkan, yang bisa dengan segera membuktikan kegagalan teori Darwin dengan mata telanjang.
Hal ini tentunya bukan kesalahan dari Darwin, karena kala itu belum ada mikroskop elektron, sedangkan teknologi biokimia juga kurang canggih. Jika dia dapat bertahan hidup sampai tahun 90-an, maka dia sendiri yang akan tampil ke depan sambil berkata, Maaf, teori saya itu murni menyesatkan dunia dan saya minta untuk segera dibuang."
Professor Michael Behe mengoreksi atas nama Darwin
Michael Behe, seorang ahli biokimia sekaligus professor biokimia dari Lehigh University, Pennsylvania, AS, yang membantu Darwin membetulkan kesalahan besar itu. Adalah buku 'Darwin Black Box' yang diterbitkannya pada 1996 lalu itu telah mengguncang komunitas ilmuwan dunia.
Professor Behe menuturkan, bahwa sehubungan dengan struktur sel yang begitu rumit dan kompleks yang diungkap biokimia modern, membuat komunitas ilmuwan seakan-akan menjadi lumpuh. Namun, baik dari Harvard University, National Institutes of Health atau National Academy of Sciences, dan bahkan segenap pemenang Nobel Prize sekalipun, tidak ada yang bisa secara detail menjelaskan, bagaimana sistem biokimia yang begitu presisi dan rumit itu berevolusi menurut pola evolusi Darwin.
Ketika sel-sel itu dikelompokkan bersama dengan struktur yang sedemikian kompleksnya, dipastikan hal itu bukan secara kebetulan bisa terjadi begitu saja. Meski hanya berupa sel tunggal, strukturnya juga sangat rumit bagaikan sebuah kota metropolitan model kecil.
Sehubungan dengan kesimpulan teori evolusi Darwin, Behe
membantahnya dengan bukti percobaan ilmiah yang kuat. Menurut penjelasan
Behe, bahwa konsep "kompleksitas yang tidak dapat direduksi," artinya
sebuah sistem yang terdiri dari multi-bagian, dimana jika kurang dari
satu bagian manapun, maka sistem ini akan kehilangan fungsinya semula,
sehingga sisitem ini menjadi kompleksitas yang tidak dapat direduksi.
Sel tunggal yang rumit dan dapat dilihat dengan mata telanjang
Menurut Behe, ketika Darwin mengemukakan teori evolusi, biologi baginya bagaikan sebuah kotak hitam, dia sama sekali tidak memahami jaringan biologi yang akurat pada tingkat molekuler, mengira sel itu sangat sederhana dan sangat mudah berevolusi dari benda tak bernyawa. Namun kini kotak hitamnya sudah terbuka, dan para ilmuwan telah memahami berbagai mekanisme kimia pada fungsi kehidupan, di antaranya rumitnya proses yang berkaitan dengan biokimia.
Behe menuturkan, jika anda ingin mencari karya ilmiah dalam literatur biokimia untuk menjelaskan sistem biokimia, tentang bagaimana secara bertahap dan berangsur-angsur kemudian berevolusi, maka anda akan merasa terkejut, sebab tidak ada satu bagianpun dari leteratur itu. Sebagian besar ilmuwan biokimia dalam sehari-hari penelitiannya sepenunya terpisah dengan teori evolusi. Doktrin Darwin sebenarnya hanya suatu dasar teori filsafat semata. Oleh karena itu, studi tentang teori evolusi adalah hambatan sesungguhnya bagi perkembangan kehidupan.
Darwin memiliki alasan yang cukup memadai untuk mendapatkan pemakluman dari masyarakat modern, sebab di era-nya kala itu, mikroskop elektron belum ada dan bioteknologi juga nyaris tidak memadai. Apalagi, yang namanya fantasi, prediksi, asumsi atau apapun itu adalah preferensi pribadi, adapun mengenai orang lain percaya atau tidak, itu adalah urusan mereka.
Sel tunggal yang rumit dan dapat dilihat dengan mata telanjang
Menurut Behe, ketika Darwin mengemukakan teori evolusi, biologi baginya bagaikan sebuah kotak hitam, dia sama sekali tidak memahami jaringan biologi yang akurat pada tingkat molekuler, mengira sel itu sangat sederhana dan sangat mudah berevolusi dari benda tak bernyawa. Namun kini kotak hitamnya sudah terbuka, dan para ilmuwan telah memahami berbagai mekanisme kimia pada fungsi kehidupan, di antaranya rumitnya proses yang berkaitan dengan biokimia.
Behe menuturkan, jika anda ingin mencari karya ilmiah dalam literatur biokimia untuk menjelaskan sistem biokimia, tentang bagaimana secara bertahap dan berangsur-angsur kemudian berevolusi, maka anda akan merasa terkejut, sebab tidak ada satu bagianpun dari leteratur itu. Sebagian besar ilmuwan biokimia dalam sehari-hari penelitiannya sepenunya terpisah dengan teori evolusi. Doktrin Darwin sebenarnya hanya suatu dasar teori filsafat semata. Oleh karena itu, studi tentang teori evolusi adalah hambatan sesungguhnya bagi perkembangan kehidupan.
Darwin memiliki alasan yang cukup memadai untuk mendapatkan pemakluman dari masyarakat modern, sebab di era-nya kala itu, mikroskop elektron belum ada dan bioteknologi juga nyaris tidak memadai. Apalagi, yang namanya fantasi, prediksi, asumsi atau apapun itu adalah preferensi pribadi, adapun mengenai orang lain percaya atau tidak, itu adalah urusan mereka.
Masalahnya terletak pada 1996 lalu, ketika Behe membuka kotak hitam
Darwin, dan sekarang, setidaknya buku 'Darwin Black Box' tersebut telah
diterjemahkan ke dalam 15 bahasa. Telah menerbitkan 17 edisi sejak
dirilis di tahun pertama, dan terjual lebih dari 45.000 buku. Kemudian
pada tahun ke-empat terjual lebih dari 20,000 buku. Namun, hingga
sekarang, mengapa masih begitu banyaknya orang yang menganggap diri mereka itu berevolusi dari kera? Sebenarnya ini salah siapa?
sumber : http://forum.viva.co.id/showthread.php?t=1790006
DPD PKS Siak - Download Android App