Rasulullah Sang Mediator Ulung
By: admin
Kamis, 06 November 2014
0
![]()  | 
 لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ 
اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ 
الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا 
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) 
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang 
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak 
menyebut Allah.” (qs. Al-Ahzab: 21).
Saudaraku,
 
Shafiyurrahman al-Mubarakfuri dalam bukunya “al-rahiq al-Makhtum” 
menceritakan kisah renovasi Ka’bah dan proses peletakkan Hajar Asqad ke 
tempatnya semula.
‘Pada usia tiga puluh tahun, orang-orang
 Quraisy sepakat untuk merenovasi Ka’bah. Sebab Ka’bah itu berupa 
susunan batu-batuan, lebih tinggi dari tubuh manusia. Tepatnya sembilan 
hasta yang dibangun sejak zaman Nabi Isma’il a.s. Tanpa ada atapnya 
sehingga banyak pencuri yang dengan mudah dapat mengambil barang-barang 
berharga yang tersimpan di dalamnya. Dengan kondisi semacam itu, 
bangunan Ka’bah semakin rapuh dan dindingnya pun sudah mulai 
pecah-pecah.
Lima tahun sebelum kenabian, Mekkah dilanda banjir besar hingga meluber 
ke baitullah al-haram, sehingga sewaktu-waktu bisa membuat Ka’bah 
menjadi runtuh. Sementara itu orang-orang Quraisy dihinggapi perasaan 
bimbang antara merenovasi Ka’bah atau membiarkannya seperti semula. 
Karena bayangan peristiwa hancurnya Abrahah dan pasukannya oleh 
sekawanan burung Ababil (yang datang bergelombang) saat mereka akan 
merobohkan Ka’bah, dan melempari mereka dengan batu-batu panas dari 
neraka. Sehingga pasukan dari Shan’a Yaman tersebut bagaikan daun-daun 
yang dimakan ulat.
Namun Quraisy akhirnya sepakat untuk 
tidak mengambil bahan-bahan bangunannya terkecuali dari income yang 
baik-baik. Mereka tidak menerima harta dari maskawin para pelacur, jual 
beli dengan sistem riba dan perampasan terhadap hak orang lain. 
Sekalipun demikian mereka takut untuk merobohkannya.
Akhirnya al-Walid bin al-Mughirah 
mengawali perobohan bangunan Ka’bah, lalu diikuti oleh semua orang 
setelah tahu tidak ada sesuatu pun yang menimpa al-Walid. Mereka terus 
bekerja merobohkan setiap bangunannya hingga sampai ke rukun Ibrahim. 
Setelah itu mereka siap untuk membangunnya kembali.
Mereka membagi sudut-sudut Ka’bah dan 
mengkhususkan setiap suku atau kabilah dengan bagiannya tersendiri. 
Setiap kabilah mengumpulkan batu-batu yang baik dan renovasi Ka’bah pun 
dimulai. Yang bertugas menangani urusan pembangunan Ka’bah adalah 
seorang arsitek berkebangsaan Romawi yang bernama; Baqum.
Tatkala pembangunan sudah sampai di 
bagian Hajar Aswad, mereka berselisih pendapat tentang siapakah yang 
paling berhak untuk mendapatkan kehormatan meletakkan batu mulia 
tersebut ke tempatnya semula. Perselisihan ini terus berlanjut hingga 
sampai empat atau lima hari tanpa ada keputusan. Bahkan perselisihan 
tersebut semakin meruncing dan hampir saja mengarah kepada pertumpahan 
darah di tanah suci.
Abu Umayah bin al-Mughirah tampil 
menawarkan solusi untuk melerai pertikain dan perselishan di antara 
mereka, dengan menyerahkan urusan ini kepada siapa saja yang pertama 
kali masuk lewat pintu masjid. Mereka menerima pendapat ini.
Allah menghendaki orang yang berhak 
tersebut adalah Rasulullah s.a w. Tatkala mengetahui hal tersebut, 
mereka berkata, “Inilah al-Amin kami ridha kepadanya, inilah dia 
Muhammad.”
Setelah semuanya berkumpul di sekitar 
Nabi s.a.w dan mengabarkan apa yang harus beliau lakukan, maka beliau 
meminta sehelai selendang dibentangkan, lalu beliau meletakkan Hajar 
Aswad tepat di tengah-tengahnya, lalu meminta pemuka-pemuka kabilah yang
 saling berselisih untuk memegang ujung-ujung selendang, lalu 
memerintahkan mereka semua mengangkatnya.
Setelah mendekati tempatnya beliau 
mengambil Hajar Aswad dan meletakkannya di tempatnya semula. Ini 
merupakan jalan pemecahan yang sangat brilian dan diridhai semua orang.
Saudaraku,
 
Orang-orang Quraisy kehabisan dana dari penghasilan yang baik. Maka 
mereka menyisakan di bagian utara kira-kira enam hasta, yang kemudian 
disebut dengan al-Hijr atau al-Hathim. Mereka membuat pintunya lebih 
tinggi dari permukaan tanah, agar tidak dimasuki oleh orang yang ingin 
melewatinya. Setelah bangunan Ka’bah mencapai ketinggian lima belas 
hasta, mereka memasang atap dengan disangga enam sendi.
Setelah selesai renovasi, Ka’bah itu 
berbentuk segi empat, yang ketinggiannya kira-kira mencapai lima belas 
meter, panjang sisinya di tempat Hajar Aswad dan sebaliknya adalah 
sepuluh kali sepuluh meter. Hajar aswad diletakkan dengan ketinggian 
satu setengah meter dari permukaan pelataran untuk thawaf.
Sisi yang ada pintunya dan sebaliknya 
setinggi dua belas meter. Adapun pintunya setinggi dua meter dari 
permukaan tanah. Di sekeliling luar Ka’bah ada pagar dari bagian bawah 
ruas-ruas bangunan. Di bagian tengahnya dengan ketinggian seperempat 
meter dan lebarnya kira-kira sepertiga meter. Pagar ini dinamakan 
“al-Syadzarawan”. Namun kemudian orang-orang Quraisy meninggalkannya.
Saudaraku, Pelajaran berharga yang dapat kita petik dari peristiwa renovasi Ka’bah adalah sebagai berikut:
• Dengan kekufuran dan kesyirikan 
Quraisy, mereka tetap mengagungkan dan mensucikan Ka’bah al-Musyarrafah,
 sehingga dana yang mereka pergunakan untuk merenovasi Ka’bah mereka 
ambilkan dari yang halal lagi thayyib.
• Semua orang pada sejatinya menyimpan 
kekhawatiran dan ketakutan terhadap azab Allah s.w.t, apapun profesi, 
kedudukan dan kemuliaan yang mereka sandang di dunia.
• Jika kita ingin menjadi pemimpin dan 
tokoh masyarakat yang dicintai dan didengar oleh masyarakat, maka salah 
satu sifat yang harus kita punyai adalah ‘amanah’ dapat dipercaya.
• Mediasi sangat diperlukan untuk menyelesaikan persoalan dan kesalah pahaman yang terkadang muncul di tengah-tengah masyarakat.
• Pertikaian, konflik dan peperangan 
antar suku Quraisy dapat dihindari dan persatuan kembali terajut, karena
 kecerdasan dan kejelian Rasulullah s.a.w dalam membaca dan menganalisa 
persoalan yang dihadapi oleh masyarakat.
• Apa yang dilakukan Nabi s.a.w 
mencerminkan kemampuannya dalam menyelesaikan persoalan besar. Jika 
perannya gagal, maka Ka’bah dan sekitarnya akan menjadi saksi 
pertumpahan darah antar sesama suku dan kabilah Quraisy.
Saudaraku,
 
Mari kita menyiapkan diri untuk menajdi seorang mediator Islam, agar 
umat Islam mampu meraih kejayaan dan kemenangan. Konflik dan 
perselisihan sekecil apapun dapat dihindari dan kesatuan umat dapat 
terwujud di alam realita kehidupan kita.
Menampilkan kepribadian menarik dan 
akhlak yang memikat yang dibingkai dengan sifat amanah, insyaallah kta 
layak menjadi perekat dan pemberi solusi bagi permasalahan dan persoalan
 yang kerap muncul di tengah-tengah masyarakat. Wallahu a’lam bishawab.
Abu Ja’far Fir’adi
[pkspadang.org] 
DPD PKS Siak - Download Android App


