Select Menu

Iklan 1080x90

SaintekSIROH

PKS BERKHIDMAT UNTUK RAKYAT

BERITA SIAK

FIQIH

SIROH

Kesehatan

Saintek

Video Pilihan

» » » Sumber Konflik Suami Isteri

Sumber Konflik Suami Isteri


By: Abol Ezz Kamis, 27 Juni 2013 0




pkssiak.org - Oleh: Cahyadi Takariawan 

Selamat pagi Kompasianer. Mohon maaf ya, beberapa waktu ini saya sedang mendalami tentang konflik dalam kehidupan suami isteri. Sehingga tulisan-tulisan terbaru saya semua membahas masalah konflik. Dan masih ada beberapa seri lagi yang keseluruhannya berbicara tentang konflik suami dan isteri.

Mengapakah sih harus ada konflik? Bukankah suami dan isteri bertemu dalam prosesi pernikahan atas nama cinta. Kalau memang cinta, mengapa harus muncul konflik? Hmmm…. Sudah saya sampaikan jawaban atas pertanyaan ini dalam postingan sebelumnya, “Keluarga Bahagian Bukan Berarti Tanpa Konflik”. Jadi, bersikap wajar saja. Konflik terjadi bukan berarti tidak cinta. Namun konflik muncul justru karena masing-masing dari suami dan isteri adalah manusia yang utuh dan lengkap dengan segala potensi kemanusiaannya.

Dalam kehidupan berumah tangga, kalau memang mau konflik, apa saja bisa menjadi sumber konflik. Dari urusan kecil dan sepele, sampai urusan yang penting dan gede. Dari urusan cita rasa masakan, sampai masalah keyakinan politik dan ideologi. Konflik bisa terjadi karena adanya perbedaan pendapat, perbedaan kepentingan, perbedaan karakter, perbedaan perasaan, perbedaan latar belakang, perbedaan suku, dan aneka perbedaan lainnya.

Sebelum membahas lebih jauh tentang konflik dan cara mengatasinya, pertama kali perlu dikenali berbagai sumber konflik antara suami dan isteri. Mengenali sumber konflik bukan dimaksudkan untuk menciptakan konflik, namun justru berupaya untuk menjauhi sebab-sebab yang mendekatkan suami dan isteri kepada konflik, serta menutup celahnya. Walau tidak mungkin menghindar dari konflik, namun bisa diupayakan untuk meminimalisir.

Tentu saja tidak cukup mudah untuk menentukan apa yang masuk kategori “sumber” dan apa yang sesungguhnya hanya pemantik atau faktor penyulut saja. Saya tidak ingin sangat membedakan hal-hal tersebut, kendati sesungguhnya memang berbeda. Namun saya menyampaikan terminologi “sumber” dalam konteks yang luas serta makna yang lebih bebas. Sehingga lebih leluasa pula untuk menyampaikan daftar “sumber” konflik tanpa tersekat oleh kriteria-kriteria spesifik tertentu.

Boleh sharing pengalaman ya…. Dari berbagai pengalaman kehidupan yang telah dijalani banyak pasangan, ada beberapa sumber konflik antara suami dan isteri. Di antara sumber konflik tersebut ada yang berasal dari sifat atau karakter personal, ada yang bermula dari fasilitas kehidupan, ada pula yang muncul dari pihak lain, dan sebab-sebab lain yang sangat beragam. Pada postingan ini, saya akan fokus kepada sumber konflik yang bersal dari karakter personal.

Konflik yang Berasal dari Karakter Personal

Suami dan isteri, sebagaimana sering disampaikan oleh John Gray, memang berasal dari “planet” yang berbeda. Keduanya adalah makhluk yang unik, masing-masing memiliki sifat dan karakter yang tidak sama. Ya, tidak sama. Yang satu laki-laki dan yang satu lagi perempuan. Ada karakter laki-laki ada pula karakter perempuan.  Sampai masing-masing mereka meninggal dunia, suami tetaplah seorag laki-laki dan isteri tetaplah seorang perempuan.

Sejak awal harusnya ada kesadaran yang utuh pada kedua belah pihak bahwa mereka memang tidak sama dan tidak akan pernah sama. Laki-laki memiliki karakter kelelakian, yang dengan itu ia disebut laki-laki. Perempuan memiliki karakter keperempuanan yang dengan itu ia disebut perempuan. Jika mereka menjadi sama, tidak ada karakter lelaki dan karakter perempuan, maka justru tidak ada nilai keindahan dalam keluarga. Karena sudah sama, apa lagi yang menarik dari seorang suami ketika ia sama dengan isterinya. Apalagi yang menarik dari seorang perempuan ketika ia sama dengan suaminya.

Di samping masing-masing memiliki perbedaan disebabkan oleh karena “jenis” sebagai lelaki dan sebagai perempuan, ada lagi perbedaan yang melekat pada diri seseorang. Bukan karena lelaki, bukan karena perempuan, karena keduanya bisa memiliki beberapa karakter yang sama. Misalnya karakter egois. Ini bisa menghinggapi laki-laki maupun perempuan. Karakter pemarah, bisa dimiliki laki-laki maupun perempuan. Karakter cuek dan “semau gue”, bisa dimiliki siapapun. Keinginan diri yang ingin dimanja dan diperlakukan dengan sempurna oleh pasangan, tanpa dirinya mau berusaha melakukan hal yang terbaik untuk pasangan, juga bisa menghinggapi siapapun.

Inilah yang saya maksud sebagai karakter pribadi atau karakter personal. Sifatnya sangat mempersonal, sangat mempribadi. Berbeda antara satu orang dengan orang lainnya, berbeda antara satu pribadi dengan pribadi lainnya. Sebagaimana perbedaan yang selalu muncul, walaupun lahir dari rahim yang sama, ayah dan ibunya sama, namun anak-anak yang lahir selalu membawa sifat yang berbeda-beda.

Perbedaan karakter seperti ini sesungguhnya tidak boleh dijadikan alasan berkonflik, karena karakter setiap orang bisa berubah, selama mau melakukan perubahan. Suami dan isteri, bisa menyesuaikan diri dengan berusaha merubah karakter yang tidak menyenangkan bagi pasangan. Dengan demikian konflik bisa diminimalisir karena kesediaan masing-masing pihak untuk berubah, menyesuaikan dengan karakter yang lebih membahagiakan pasangan.

Sekian dulu ya bagian pengantarnya…. Berikutnya, secara berturutan akan saya sampaikan konflik yang bersumber dari karakter personal beserta contoh-contohnya. Tunggu postingan berikutnya…


 http://edukasi.kompasiana.com/2013/06/23/sumber-konflik-suami-isteri-567603.html



DPD PKS Siak - Download Android App


«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama
0 Comments
Tweets
Komentar