Select Menu

Iklan 1080x90

SaintekSIROH

PKS BERKHIDMAT UNTUK RAKYAT

BERITA SIAK

FIQIH

SIROH

Kesehatan

Saintek

Video Pilihan

» » Ketika Muslimah Berbisnis

Ketika Muslimah Berbisnis


By: admin Sabtu, 06 September 2014 0

ilustrasi
pkssiak.org - Muslimah, atau sebutlah perempuan, seringkali merasa tabu untuk membicarakan kata “bisnis”. Terlebih jika bisnis ini dikaitkan langsung dengan dirinya. Banyak hal yang dijadikan alasan oleh seorang perempuan atau ibu untuk tidak membicarakan atau bahkan memikirkan soal bisnis.

Alasan paling klasik tentu saja adalah paradigma bahwa perempuan (ibu) harus bertugas mengurus rumah tangga. Dan para suamilah yang bertugas untuk mencukupi nafkah istri dan anak-anak. Nah, bisnis adalah identik dengan mencari nafkah. Jadi korelasinya, berbisnis tentu saja adalah bagian dari tugas para suami.

Alasan berikutnya, kekhawatiran bahwa para ibu akan terpecah konsentrasinya dalam mengurus rumah tangga, terutama dalam mendidik anak-anak. Artinya, seorang ibu seringkali merasa tidak fokus pada pengabdiannya dalam rumah tangga, jika harus terjun dalam kegiatan-kegiatan lain, termasuk berbisnis.

Alasan-alasan lain yang cukup mudah ditemukan adalah ketiadaan modal, merasa tidak mampu, tidak punya pengalaman, yang hampir rata-rata alasan itu berasal dari dalam diri seorang perempuan itu sendiri.

Mari Belajar dari Mereka
Kisah luar biasa dapat kita simak pada Asma’ binti Abu Bakar. “Zubeir menikahiku sedangkan dia tidak memiliki apa-apa kecuali kudanya. Akulah yang mengurusnya dan memberinya makan, dan aku pula yang mengairi pohon kurma, mencari air dan mengadon roti. Aku juga mengusung kurma yang dipotong oleh Rasulullah dari tanahnya Zubeir yang aku panggul di atas kepalaku sejauh dua pertiga farsakh (kira-kira 2 km).

Pada suatu hari tatkala saya sedang mengusung kurma di atas kepala, saya bertemu dengan Rasulullah bersama seseorang. Beliau bersabda, “ikh…ikh…” (ucapan untuk menghentikan kendaraan) dengan maksud agar aku naik kendaraan di belakangnya. Namun, saya merasa malu dan saya ingat Zubeir dan rasa cemburunya, maka beliau berlalu. Tatkala saya sampai di rumah, aku kabarkan hal itu kepada Zubeir lalu dia berkata, ”Demi Allah, engkau mengusung kurma tersebut lebih berat bagiku daripada engkau mengendarai kendaraan bersama beliau.”

Apa yang dilakukan Asma’ memperlihatkan bahwa sebagai seorang istri, ia rela melakukan hal-hal yang seharusnya dikerjakan oleh suaminya. Dan yang paling penting, ia tetap menjaga kehormatan suaminya. Suatu hal yang mungkin secara logis tidak bisa diterima pada kehidupan masa kini. Betapa banyak dari kaum perempuan (istri) yang memiliki pendapatan lebih banyak dari suami dan akhirnya kurang memuliakan suami.

Sosok Khadijah sudah lekat di benak kita. Keberadaannya mendampingi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) di masa-masa sulit rasanya tak terbayangkan dalam benak kita. Sejak sebelum menikah dengan Rasulullah SAW, Khadijah telah dikenal sebagai wanita pebisnis. Bahkan setelah menikah pun, beliau masih tetap berbisnis, meskipun Rasulullah SAW pastinya juga menafkahinya sebagai kewajiban suami. Namun, penghasilan dari bisnisnya itu digunakan Khadijah untuk mengembangkan dakwah Rasulullah SAW. Bahkan beliau menjadi penyandang dana dakwah utama pada masa-masa sulit.

Jadikan Hobi sebagai Peluang Usaha
Nah sekarang, bagaimana cara menemukan peluang usaha yang ingin, atau hendak kita geluti. Banyak dari kita, yang ketika keinginan untuk berbisnis itu muncul justru malah bingung menentukan bisnis apa. Padahal, jika mau di cermati, banyak sekali kegiatan sehari-hari yang bisa dikembangkan. Memasak misalnya. Pekerjaan tiap hari yang dilakukan seorang ibu ini tentu saja memiliki peluang besar untuk dikembangkan. Berawal dari niat mulia seorang ibu untuk membuatkan jajanan sehat namun hemat bagi putra-putrinya, hal ini tentu saja menjadi sebuah peluang yang bisa dimanfaatkan.

Atau kegiatan mencuci. Jika ada mesin cuci, bagaimana jika sekalian saja membuat laundry. Ya…hitung-hitung, pemasukan yang didapat bisa membantu membayar rekening listrik bulanan. Atau bercocok tanam di pekarangan, membaca, menulis, bahkan memijat. Luar biasa, potensi-potensi yang ada di sekitar kita.

Nah, tentu saja ada beberapa hal yang perlu kita ketahui sebelum benar-benar mengembangkan hobi kita menjadi sebuah bisnis.

Pertama, professional. Suka saja tidak cukup. Kita harus ahli di bidang tersebut. Artinya, kita harus senantiasa mengasah kemampuan kita berkaitan dengan hobi tersebut. Karena kalau sudah berurusan dengan konsumen atau pelanggan, kita dituntut untuk professional. Dan untuk menjadi professional, tidak harus mengeluarkan dana banyak di awal. Mempelajari dari buku, atau dari teman-teman yang sudah berpengalaman dapat dilakukan. Jika ada dana, kita dapat mengikuti kursus-kursus agar lebih mantap.

Kedua, banyak peluang di sekitar kita. Banyak orang merasa ragu ketika akan berbisnis. Ada kekhawatiran apakah produknya atau jasanya nanti akan laku atau tidak. Yang kita perlukan berikutnya adalah menjajaki potensi pasar. Survei. Jadi, lakukan survei kecil-kecilan terhadap teman-teman kita. Benarkah produk yang kita tawarkan betul-betul mereka butuhkan. Kalau tidak, maka kira-kira apa yang mereka butuhkan. Ajaklah teman-teman berbicara, dan temukanlah peluang itu di sana.

Ketiga, bergabunglah dengan komunitas yang sejenis dengan bisnis pilihan kita. Ini sangat penting pengaruhnya. Keberadaan komunitas sangat membantu kita untuk mendapat relasi bisnis dan info-info terbaru terkait dengan seluk beluk bisnis yang kita geluti. Komunitas seperti ini cukup banyak ada di sekitar kita saat ini.

Keempat, promosi, promosi, dan promosi. Setelah menemukan produk yang yakin untuk melakukannya, maka yang harus kita lakukan berikutnya adalah promosi, promosi, dan promosi. Mulailah dari teman-teman sendiri. Lalu berkembanglah ke sesama orangtua ketika kita menjemput anak-anak di sekolah. Percayalah, sekali saja pelanggan puas dengan pelayanan kita, mereka akan kembali lagi membawa pelanggan baru. Insya Allah.

Patut Diingat
Tidak mudah memang, mengurus rumah tangga, mengurus anak-anak, ditambah lagi mengurus bisnis. Sebagai ibu, kita harus pandai-pandai mengatur waktu, termasuk waktu untuk beristirahat untuk kita sendiri. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, mendapat masukan dari teman-teman, maka kita akan terbantu dalam banyak hal. Dan kita akan menyadari betapa banyak pelajaran yang kita dapatkan dari langkah yang telah kita pilih ini.

Satu hal yang sangat mendasar untuk difahami bagi para ibu yang ingin terjun di dunia bisnis, bahwa apa yang kita lakukan ini bukanlah untuk “gagah-gagahan”. Jika kemudian usaha ini menjadi besar dan apa yang kita dapatkan melebihi pemberian suami pada kita, maka tetaplah menjaga keridhaannya. Insya Allah, apa yang kita lakukan menjadi amal saleh.

Selain itu, hal ini akan sangat bermanfaat jika terjadi hal-hal di luar dugaan. Saat suami meninggal, misalnya. SUARA HIDAYATULLAH*Tulus Kurnia Wati, pengusaha garmen. 
[pkskelapadua.com]


DPD PKS Siak - Download Android App


«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama
0 Comments
Tweets
Komentar