Select Menu

Iklan 1080x90

SaintekSIROH

PKS BERKHIDMAT UNTUK RAKYAT

BERITA SIAK

FIQIH

SIROH

Kesehatan

Saintek

Video Pilihan

» » Pariwisata Ditengan Pandemi Corona (1)

Pariwisata Ditengan Pandemi Corona (1)


By: admin Rabu, 27 Mei 2020 0

Penulis artikel ketua Umum DPD PKS Siak

Oleh : Agus Malik

Lumpuh, itulah gambaran dunia pariwisata saat ini. Salah satu sektor yang paling terpukul saat pandemi Covid-19 adalah sektor pariwisata dan transportasi. 

Lalu bagaimana kondisi Siak hari ini ? Sebagai daerah destinasi wisata utama di Riau tentunya merasakan hal yang sama dengan daerah wisata lainnya di penjuru dunia karena Siak juga sudah menjadi daya tarik wisatawan asing.  
Suasana Istana Siak saat lebaran tahun 2020

Lalu sejauh mana dampaknya?
Saat libur Idul Fitri tiba, Siak sepi sejak hari pertama lebaran. Hasil pengamatan di seputaran Istana Asserayyah Al Hasyimiyah yang menjadi pusat keramaian saat liburan tampak lengang dimana biasanya ribuan masyarakat tumpah ruah dengan tingkat kunjungan tidak kurang dari dua puluh ribu pengunjung tiap harinya khususnya saat lebaran.
Situasi lengang ini sudah terjadi sejak wabah Covid-19 melanda negeri ini dan menjadikan masyarakat yang selama ini ekonominya bergantung pada pariwisata harus berfikir keras untuk merubah bisnisnya agar bisa bertahan hidup di tengah pandemi.

Lalu apa dampak bagi Pemerintah Daerah? Apakah berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) atau biasa saja?

Sejak libur sekolah dimulai pada bulan Maret lalu dan diberlakukannya PSBB di Siak belum ada laporan resmi berkenan dampak ekonomi dari sektor pariwisata terhadap pendapatan daerah. Hal ini ada dua kemungkinan pertama Pemerintah fokus pada penanganan kasus Covid-19 atau kedua sektor pariwisata tidak berpengaruh sama sekali terhadap keuangan daerah.

Penulis mencoba mengamati situasi di lapangan mengenai hal ini. Jika hal pertama yang menjadi fokus mestinya kebijakan PSBB selama 14 hari yang berakhir 28 Mei 2020 harus bisa menekan laju penyebaran Covid-19 dan ketersediaan APD bagi tenaga medis memadai.

Namun fakta di lapangan masih ditemui tenaga medis di Puskesmas kekurangan masker sebagai APD wajib mereka yang ketersediaannya masih kurang. Kondisi ini tentunya harus menjadi catatan karena realokasi anggaran untuk penanganan Covid-19 cukup besar dan kebutuhan mendasar yang harus diperhatikan adalah ketersediaan APD bagi garda terdepan para pahlawan medis.

Kami beberapa kali turut menyerahkan donasi APD bagi tenaga medis di Siak dan mendengarkan langsung tenaga medis yang mengeluh kondisi mereka baik di RSUD rujukan juga Faskes tingkat pertama Puskesmas yang kekurangan APD padahal mereka harus mendapatkan perhatian khusus menghadapi pandemi. 

Kedua dampak ekonomi terhadap keuangan daerah.
Banyak program yang disiapkan Pemerintah untuk terus menjadikan Siak sebagai daerah destinasi wisata utama di Riau. 

Saat pariwisata terpukul tingkat kunjungan juga jauh berkurang. Lalu apakah PAD juga berkurang dari retribusi langsung maupun tidak langsung?

Inilah saat yang tepat untuk mengevaluasi program milyaran rupiah sektor pariwisata terhadap pendapatan daerah. 
Jika kunjungan menurun dan tidak berpengaruh signifikan berarti Siak masih mengandalkan sektor Migas sebagai pendapatan utama penggerak ekonomi masyarakat.

Jauh sebelum terjadi pandemi tingkat ketergantungan Siak akan Migas sangat tinggi hal ini salah satunya  terlihat jelas saat harga minyak dunia jatuh maka dana bagi hasil dari pusat juga turun drastis sehingga terjadi rasionalisasi besar-besaran anggaran daerah.

Banyak kegiatan ditiadakan dan honor daerah terlunta-lunta. Situasi ini menggambarkan bahwa sektor pariwisata belum berkontribusi signifikan terhadap pendapatan daerah.

Jadi kalau hari ini Siak sepi pengunjung saat puncak musim liburan tidaklah berdampak terhadap pendapatan daerah dari retribusi pengunjung Istana, parkir dan lainnya.

Contoh lain yang penulis amati adalah kegiatan yang bersifat internasional seperti Tour de Siak yang bertahun-tahun diadakan. Kegiatan ini cukup kita apresiasi karena mengangkat nama daerah ke level dunia. Namun yang patut kita evaluasi adalah seberapa besar wisatawan dalam dan luar negeri yang turut menyaksikan Iven balap sepeda ini dan berapa besar dampak ekonominya bagi daerah. Di lapangan kita amati bahwa acara ini meriah saat opening ceremony dan acara penutupan ketika pembagian hadiah itupun karena ada artis ibukota yang menjadi daya tariknya.

Namun inti kegiatan saat dimulainya balap sepeda dan berakhirnya (start-finish) sepi pengunjung tidak seramai acara konser artis saat pembukaan dan penutupan. Kemudian dampak ekonomi langsung bagi daerah misal dari retribusi penginapan atau pajak rumah makan berapa besar? 

lainnya adalah keberadaan Pasar Seni yang mati suri. Sudah lima tahun Pasar Seni Siak yang dibangun dengan dana yang tidak sedikit belum menunjukkan eksistensinya sejak pertama kali dibuka pada Maret 2015. Pasar ini diharapkan bisa menjadi sentra ekonomi kreatif sebagai pendukung utama kegiatan ekonomi pariwisata Siak. 
Namun keberadaannya di pusat kota Siak belum menjadi penggerak utama ekonomi kreatif sebagaimana pasar pada umumnya. Tentu perlu kerja keras bersama untuk menghidupkan pasar yang megah ini dan Pemerintah sebagai regulator harus mampu mengintegrasikan seluruh potensi wisata yang ada karena Pasar, Negara dan Masyarakat adalah elemen terpenting dalam roda ekonomi dan pembangunan pariwisata suatu daerah.

Setiap program pariwisata yang disusun harus terintegrasi dan berimplikasi pada dampak ekonomi karena kita tidak bisa bergantung cadangan Migas yang akan habis pada waktunya.

Mestinya pariwisata mampu menjadi sektor unggulan untuk meningkatkan pendapatan daerah bukan menyedot anggaran tanpa evaluasi.

Harga minyak dunia saat ini turun drastis dan pariwisatapun lumpuh, tantangan kita jauh lebih berat agar bisa bertahan.

Kita harus lakukan hal yang tidak biasa agar Siak mendunia.


DPD PKS Siak - Download Android App


«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama
0 Comments
Tweets
Komentar

Tidak ada komentar

Leave a Reply

Komentar sehat anda..