Select Menu

Iklan 1080x90

SaintekSIROH

PKS BERKHIDMAT UNTUK RAKYAT

BERITA SIAK

FIQIH

SIROH

Kesehatan

Saintek

Video Pilihan

» » » Spirit of Gaza to Indonesia...

Spirit of Gaza to Indonesia...


By: Abol Ezz Rabu, 10 April 2013 0

Suasana belajar anak sekolah di GAZA
pkssiak.org - Sejak perjalanan dari indonesia hati ini senantiasa bertanya2, seperti apa Gaza, bagaimana rupa penduduknya, bagaimana kehidupan anak-anak disana, bagaimana kotanya, apakah perang terjadi setiap saat, bagaimana...bagaimana...dan sejuta bagaimana lainnya berkecamuk dalam dada.... Seperti apa daerah yang disebut paling berbahaya di dunia tapi juga daerah yang paling diberkati karena para syuhadanya.

Ditambah lagi dengan suasana perjalanan menjelang masuk ke perbatasan Rafah yang harus melalui 15 pos pemeriksaan tentara Mesir yang bersenjata AK-47 lengkap dengan panser atau tank. Sungguh mencekam. Namun begitu melewati imigrasi Mesir dan masuk ke Imigrasi Otoritas Palestina Gaza saya dan rombongan disambut dengan sangat bersahaja, akrab bagai sahabat yang dirindui yang lama tak bertemu.


Dari perbatasan Rafah menuju hotel sore itu saya melihat disepanjang jalan ladang gandum, kebun zaitun, kebun kurma, juga petani yang sedang memanen kol. Juga reruntuhan bangunan dan bangunan-bangunan yang sedang dibangun. 

Anak-anak dan remaja yang sedang bermain bola di pantai. Bocah-bocah bersama saudara, ibu dan ayah mereka yang sedang berkumpul, bermain dan bercengkerama dalam cahaya matahari sore yang lembut. Cahaya mentari sore yang menyinari pantai pasir putih laut mediterania yang sungguh indah menyapa kami dalam kehangatannya ketika tiba di hotel. Dimana geografis Gaza adalah daerah pantai pasir putih disepanjang laut mediterania yang membentang sepanjang 40 Km. Menyuguhkan panorama keindahan ciptaan Tuhan yang luar biasa, subhanallah mahasuci Allah SWT. 

Sewaktu memasuki lobi hotel dalam benak saya mengatakan bahwa akan menemukan sesuatu yang berbeda di Gaza selama 2 hari keberadaan saya di sana. Suara senapan mesin ringan membahana menemani langkah kaki di malam pertama di Gaza ketika saya berkeliling kota menelusuri lampu jalan dan kedai-kedai yang menjajakan dagangan mereka, mencari secangkir shai (tea) panas. 

Kata teman itu suara dari pemukiman yahudi dekat-dekat situ sekitar 500 meter dari tempat kami berada. Denyut kehidupan diwaktu malam dimana orang-orang lalu lalang dengan urusannya masing-masing bahkan juga ada yang lagi rame merayakan walimatul ursy sampe larut malam, laksana bukan daerah konflik aja. Menyapa orang-orang dan berbicara dg mereka sambil minum shai menemukan kehidupan riil mereka. 

Sorot mata mereka hidup dan penuh gairah, gaya bicara mereka penuh optimisme dan wajah mereka berseri disertai senyum yang memancarkan aura optimisme akan masa depan yang lebih gemilang. Terlebih lagi ketika saya katakan "saya dari Aceh-Indonesia", setiap laki-laki yang saya jumpai berdiri, menyalami, memeluk saya dengan erat. Sambil mengatakan "Haiyakallah" semoga Allah menyelamatkanmu, membuat dada ini haru biru dan air mata menetes dengan sendirinya.

Aura optimisme ini saya temui pada semua orang, anak-anak balita, remaja, pemuda, orang dewasa, kakek-kakek, para janda yang ditinggal syahid suami mereka, anak-anak yang kehilangan ayah mereka, para pejuang yang cacat, para mantan tahanan Israel yang dipenjara puluhan tahun. Semua mereka berkata Insya Allah dalam waktu dekat kita semua kaum muslimin akan bebas melaksanakan shalat di masjid Al-Aqsa tanpa harus minta izin Yahudi laknatullah. 

Optimisme dan semangat itulah mewujud ladang gandum, kebun zaitun, kebun jeruk, kebun apel, kebun kurma, ladang kol, tomat, paprika, timun, peternakan sapi, kambing, dll, yang Insya Allah dalam 2 tahun lagi Gaza bisa swasembada pangan, yang kami lihat kemarin sore. 

Sekolah bertebaran dimana-mana, mulai dari TK, SD, SMP, SMU, dan Perguruan Tinggi. Diantaranya universitas Al-Aqsa dengan 28.000 mahasiswa dan universitas Gaza (negri) dengan 26.000 mahasiswa. 

Pembangunan terlihat dimana-mana, gedung-gedung bercat baru bertebaran, yang ternyata ada yang dibangun untuk keempat kalinya karena sudah tiga kali luluh lantak di rudal Yahudi. Patah tumbuh hilang berganti, mati satu tumbuh seribu.Indah sekali ungkapan mereka "mati syahid di Gaza insya allah mudah, setiap saat peluru bahkan roket beterbangan disini, tapi kemudian bagaimana kita melanjutkan kehidupan dengan tetap melaksanakan syariat allah dan tidak bermaksiat kepadaNya".Semoga Hamasyah dan spirit rakyat Gaza ini juga membakar kita di Indonesia.

Hamasah min Gaza... 

Khairul Amal, Relawan KNRP Aceh dari Gaza.

*fb


DPD PKS Siak - Download Android App


«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama
0 Comments
Tweets
Komentar