Select Menu

Iklan 1080x90

SaintekSIROH

PKS BERKHIDMAT UNTUK RAKYAT

BERITA SIAK

FIQIH

SIROH

Kesehatan

Saintek

Video Pilihan

» » » Cinta dan Doa Untuk Anak Kita

Cinta dan Doa Untuk Anak Kita


By: Abol Ezz Minggu, 19 Mei 2013 0

pkssiak.org - Hari itu musim liburan sekolah dan pesantren. Tiba-tiba banyak gadis kece bertamu ke rumah seorang konsultan pendidikan, untuk bertemu dengan anaknya yang sedang berlibur.

Tahu yang datang gadis-gadis, sang ayah dan ibunda yang juga muballighah nasional menemani putranya menemui tamu-tamu itu.

“Diantara gadis-gadis itu, siapa yang kamu ada hati padanya, Nak?” tanya sang ayah kepada anaknya yang masih menimba ilmu di pesantren itu, selepas tamu-tamu tersebut pulang.
“Ah, enggak kok, Yah” jawab sang putra, dengan wajah tersipu.
“Hayoo.. siapa?” sang ayah masih mengulang pertanyaan senada, dengan nada yang lebih halus, “apakah yang berjilbab merah?”
“Enggak, Yah...”
“Jujur saja, ayah juga pernah muda kok” lanjut sang ayah sambil memeluk putranya, “Tapi ayah dan bunda sudah berdoa: ‘Ya Allah... jadikanlah anakku menjadi anak yang shalih, yang kokoh aqidahnya dan kokoh akhlaknya. Dan kelak ketika waktunya tiba, berikanlah ia jodoh wanita yang shalihah, yang kokoh aqidahnya dan kokoh akhlaknya. Sehingga ia tidak sampai menodai masa mudanya dengan pacaran.”
Mata sang anak berkaca-kaca mendengar doa sang ayah. Doa tersebut juga dituliskan oleh ayah di laman facebook anak.

“Teman-temanmu cewek kok tidak ada yang main lagi kesini?” tanya sang ayah pada musim liburan berikutnya, ketika tak ada lagi tamu-tamu cewek yang datang ke rumah itu.
“Berarti doa ayah sudah makbul” jawab sang anak. Keduanya pun tertawa akrab.

Tahukan engkau siapa orang tua tersebut? Sang ayah adalah Ustadz Suhadi Fadjaray, sang ibu adalah bunda Neno Warisman.

“Doa yang kita panjatkan untuk anak-anak kita adalah kunci kesuksesan parenting,” kata Ustadz Suhadi setelah menceritakan kisah tersebut dalam Parenting Education 2013 yang diselenggarakan Sekolah Al Ummah, di Gedung PPS Semen Indonesia, Gresik, Ahad (19/5).

Memiliki anak yang shalih merupakan dambaan setiap muslim. Terlebih, setelah kita meninggal, segala amal akan terputus kecuali tiga hal. Salah satunya adalah anak shalih yang mendoakan kedua orangtuanya. Menjadikan anak shalih bukanlah hal yang mudah. Seringkali anak-anak yang diibaratkan sebagai kertas putih, justru menjadi kusam dan ternoda akibat kesalahan orang tua di masa tujuh tahun pertama, terutama setelah tahun ketiga.

Orangtua pada tahun pertama “mirip” malaikat penjaga surga, selalu tersenyum dan bertindak cekatan untuk anaknya karena cinta. Meski hanya dengan tangisan, sang anak akan mendapatkan segala yang ia inginkan dari kedua orangtuanya. Sayangnya, ketika usianya telah mencapai tiga tahun, orangtua mulai suka memarahi. Masih ngompol dimarahi, menangis dimarahi, mencoba sesuatu yang baru juga dimarahi dengan alasan ‘bahaya’, ‘kotor’, dan sebagainya. Ia mulai dituntut agar bisa membaca di usia 5-6 tahun, dan dimarahi lagi ketika belum juga bisa membaca. Mulailah label “bodoh”, “nakal” dan sejenisnya dilontarkan terus menerus kepada anak.

Anak kemudian tumbuh menjadi anak yang kurang percaya diri, di samping kecerdasan otaknya menurun. Terbiasa dibentak dan dimarahi, ia pun belajar menyelesaikan sesuatu dengan kekerasan.

Sebaliknya, jika orangtua mampu menjaga cinta pada anaknya, dekat dengan buah hatinya, dan terus membangun komunikasi dengannya, sang anak pun tumbuh percaya diri dan dekat dengan orang tua. Bukan hanya kecerdasan intelektualnya yang terjaga, karakternya pun menjadi mulia. Kedekatan dan kasih sayang ini menjadikan sang anak, kelak ketika remaja atau menjadi pemuda, ia lebih mudah menerima nasehat dari orangtuanya.

Dan tentu saja, karena yang menguasai hati adalah Allah, maka berdoalah kepada Allah. Berdoalah kepada Allah agar hati anak kita dijaga; tetap besih, menjadi anak yang shalih.

Seusai training, dalam sesi ramah tamah bersama Pengurus Yayasan dan Komite Sekolah, Ustadz Suhadi menjelaskan mengapa orang tua zaman dulu yang tidak mengenyam pendidikan formal dengan baik, secara intelektual sangat sederhana, bahkan tidak mengikuti seminar parenting, tetapi anak-anaknya menjadi shalih dan berhasil seperti Anda? Sebab mereka memiliki doa. Mereka berdoa dengan sepenuh hati untuk kebaikan anak-anaknya. Mereka berdoa sepenuh jiwa agar Allah menjadikan keturunannya shalih dan shalihah. Mereka berdoa dengan ikhlas dan dengan khusyu’ kepadaNya. Wallahu a’lam bish shawab. [BeDa]


DPD PKS Siak - Download Android App


«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama
0 Comments
Tweets
Komentar