Buah Anggur @ |
pkssiak.org - Setiap kali melihat setangkai anggur, pikiranku melayang kepada kejadian
15 abad yang lalu. Ketika Rasulullah mencoba menawarkan Islam kepada
penduduk Thaif, karena kaum Quraisy sudah betul-betul menolak dakwah
beliau, hampir tidak ada harapan lagi bagi mereka untuk beriman.
Namun apa dikata, ternyata penerimaan penduduk Thaif tidak kalah
jahatnya dibandingkan penerimaan penduduk Makkah. Mereka mengumpulkan
anak-anak dan orang-orang bodoh (safih), kemudian mereka hasut untuk
melempari Rasulullah Saw yang ditemani Zaid bin Haritsah. Saat itu,
tubuh Rasulullah Saw sampai berlumuran darah.
Kawan, berhentilah sejenak membaca ini. Coba bayangkan dan resapi,
bagaimana kira-kira bila ayahmu dilempari oleh orang banyak sampai
berlumuran darah? Padahal waktu itu, beliau sedang mengantarkan kebaikan
untuk orang yang melemparinya itu. Sekarang, yang dilempari adalah
orang yang lebih kamu cintai dari ayahmu sendiri!
Di tengah-tengah kejaran penduduk Thaif itu, Rasulullah Saw menyingkir
ke sebuah kebun anggur milik 'Utbah bin Rabi'ah dan Syaibah bin Rabi'ah,
dua orang pemuka Thaif. Dengan kaki berlumuran darah, beliau berteduh
di bawah pohon anggur sambil melantunkan do'a yang sangat memilukan ini,
"Ya Allah, kepada-Mu aku mengeluhkan kelemahan-kelemahanku,
ketidakberdayaanku, dan kehinaanku di hadapan manusia. Wahai yang Maha
Pengasih di antara yang mengasihi! Engkau Tuhan orang-orang yang lemah
dan Engkau adalah Tuhanku. Kepada siapakah Engkau hendak menyerahkan
diriku? Kepada orang-orang asing yang bermuka masam terhadapku atau
kepada musuh yang Engkau takdirkan akan mengalahkanku?"
Ya Allah, kepadamu aku mengadu kelemahanku, kekurangan daya upayaku
dan kehinaanku kepada pandangan manusia. Ya! Arhamarrahimin! Engkaulah
Tuhan orang yang ditindas. Engkaulah Tuhanku. Kepada siapalah Engkau
menyerahkan diriku ini, kepada orang asing yang akan menyerang aku atau
kepada musuh yang menguasai diriku?
Sekiranya Engkau tidak murka kepadaku, maka aku tidak peduli. Namun,
'afiat-Mu sudah cukup buatku. Aku berlinding dengan nur wajah-Mu yang
menerangi segala kegelapan dan teratur di atas nur itu urusan dunia dan
akhirat, daripada Engkau menurunkan kemarahan-Mu kepadaku atau Engkau
murka kepadaku. Kepada-Mulah aku tetap merayu sehingga Engkau ridha.
Tiada sebarang daya (untuk melakukan Kebaikan) dan tiada upaya (untuk
meniggalkan kejahatan) kecuali dengan-Mu."
Melihat kondisi Rasulullah seperti itu, 'Utbah dan Syaibah merasa
kasihan. Mereka menyuruh budaknya yang bernama 'Addas untuk mengantarkan
setangkai anggur kepada Rasulullah Saw.
Setelah duduk di depan Rasulullah Saw, 'Addas menyerahkan anggur itu.
Sebelum memakannya, Rasulullah Saw terlebih dahulu membaca basmalah. Mendengar itu, 'Addas berkata, "Kata-kata ini tidak pernah diucapkan oleh penduduk kampung ini."
Lalu Rasulullah Saw bertanya, "Dari mana asalmu? Apa agamamu?" 'Addas menjawab, " Dari Ninawa. Agamaku Nashrani."
Rasulullah Saw menimpali lagi, "Dari kampung laki-laki shaleh Yunus bin Matta?"
Mendengar itu 'Addas menjadi keheranan dan balik bertanya, "Apakah anda
mengenal Yunus bin Matta?" Nabi menjawab, "Dia adalah saudaraku. Beliau
seorang Nabi dan aku adalah Nabi."
Mendengar itu, 'Addas menciumi kepala, tangan dan kaki Rasulullah Saw. Dia pun masuk Islam.
Setelah itu, Rasulullah Saw memutuskan untuk kembali ke Makkah. Dalam
perjalanan pulang, beliau ditemui malaikat gunung guna menawarkan
penghancuran bagi penduduk Thaif dan Makkah yang sudah mengusir beliau.
Caranya, mereka saling membenturkan gunung yang ada di tanah Arab itu.
Mendengar itu, Rasulullah Saw berkata, "Jangan lakukan itu. Aku
berharap, semoga Allah Swt mengeluarkan dari tulang sulbi mereka anak
keturunan yang menyembah Allah Swt dan tidak meperserikatkan-Nya dengan
sesuatu pun."
Mahabenar Allah Swt yang telah berfirman,
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
"Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung." (al-Qalam: 4)
[Zulfi Akmal/BeDa]