Perlu 200 Tahun Pulihkan Air Danau Toba
PKS SIAK, MEDAN - Pegiat Geopark Kaldera Toba sedang menjajaki kerja sama dengan negara Finlandia untuk mendukung konservasi dan pelestarian danau vulkano terbesar di Asia Tenggara itu. Finlandia yang juga dikenal dengan negara seribu danau, selama ini sedang memberikan perhatian terhadap kawasan ini melalui studi yang dilakukan sejumlah ilmuan dari negara tersebut.
Hal itu terungkap saat pertemuan pegiat Geopark Kaldera Toba Rustam Effendi Nainggolan dengan Senior Partner, Juha Christensen selaku konsultan dari Finlandia, di Medan pertengahan Mei 2015 lalu. Pada kesempatan itu juga, hadir CEO Finland University, Pasi Kaskinen dan Wakil Rektor IV Universitas Sumatera Utara (USU) Prof Dr Ningrum Sirait SH MHum.
Juha menyampaikan, bahwa selama ini ada warga negaranya yang telah melakukan penelitian tentang Danau Toba hingga mendapat gelar profesor di negaranya. "Apa tidak pernah dengar tentang dia? Sekitar bulan Oktober atau November jika ada kesempatan saya akan mengajaknya ke Indonesia untuk membicarakan hal ini," ujarnya sembari menyarankan agar diadakan sebuah seminar ilmiah untuk Danau Toba.
Sebab, menurut informasi yang diperoleh pihak Finlandia sebagaimana disampaikan Juha, bahwa kondisi pencemaran air danau saat ini sudah tahap memprihatinkan. Butuh waktu sekitar 200 tahun untuk bisa kembali menikmati air yang jernih dan sehat di kawasan danau tanpa penanganan ilmiah dan teknologi.
Dukungan untuk konservasi khususnya air danau juga disampaikan Pasi Kaskinen. Untuk itu dirinya akan menyampaikan kepada Pemerintah Finlandia untuk menjalin kerjasama, khususnya menjadikan kawasan itu sebagai Global Geopark Network (GGN) Unesco.
Pasi menyampaikan keprihatinannya atas kondisi Danau Toba saat ini. Bahkan, eksploitasi yang terjadi di kawasan danau jika dibiarkan akan semakin memperburuk keadaan pada masa mendatang.
Mendengar informasi ini, Ningrum Sirait juga mengharapkan agar mahasiswa yang ada di USU lebih condong melakukan penelitian di kawasan Danau Toba. Banyak bidang yang bisa diteliti di kawasan tersebut, bukan hanya kehutanan, air, dan geologi. Melainkan hampir seluruh aspek kehidupan, bahkan seni dan budaya juga ada di sana.
Pegiat Kaldera Toba yang juga Founder RE Foundation, RE Nainggolan, sebelumnya mengatakan, bahwa ada tiga pilar utama pengembangan geopark. Yakni geodiversity (keragaman geologi), biodiversity (keragaman biologi), dan culturaldiversity (keragaman budaya). Dari segi manfaat menjadi taman bumi dunia yang pertama adalah adanya konservasi, edukasi, dan pengembangan ekonomi lokal.
Dia juga mengatakan, kawasan Geopark ini terdiri dari 42 geosite yang dibagi ke dalam empat geo area yaitu Geo Area Kaldera Porsea (Geosite Tiga Ras, Parapat, Taman Eden, dan Balige), Geo Area Kaldera Haranggaol (Geosite Haranggaol, Tongging, dan Silalahi), Geo Area Kaldera Sibandang (Geosite Bakkara, Tipang, Paranginan, Muara, dan Silangit), serta Geo Area Samosir (Geosite Tele, Pusuk Buhit, dan Samosir).
Untuk itulah, menurut RE Nainggolan, saat ini masyarakat Sumut butuh dukungan dari berbagai pihak untuk mendukung pembangunan kawasan tersebut. “Kita yakin, saat anugrah Tuhan yang begitu indah itu terpelihara maka masyarakat sekitar akan sejahtera. Jelas hal itu tidak bisa dipungkiri," katanya.
Sumber Riaupos