Antara PKS dan Fenomena Caleg Selebritis | by @abifahmiazizi
By: Abul Ezz
Senin, 29 April 2013
0
pkssiak.org - Pemberitaan kemarin (Kompas.com, 28/4) melansir dari 12 partai politik
peserta Pemilu 2014 hanya tiga partai politik yang tidak mengusung calon
legeslatif dari kalangan artis atau selebritis yaitu PKS, PBB dan PKPI.
Fenomena apa sebenarnya yang sedang terjadi?
Jawaban singkatnya, inilah fenomena politik instant. Politik instant
yang akan remuk dalam jangka pendek dan sesaat. Namun, sangat
disayangkan dampaknya masif dan dapat merusak dalam jangka panjang
sejarah perpolitikan dan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Apakah ada yang salah dengan mencalegkan artis atau selebritis? Tidak.
Tidak ada yang salah seandainya para selebritis ini jauh hari sebelumnya
sudah terlibat dalam politik praktis dan serius dalam berpolitik dan
sudah pula menunjukkan kiprahnya sebagai aktivis yang peduli dengan
persoalan-persoalan dan pemecahan masalah kemasyarakatan.
Di pihak lain, partai-partai politik juga jauh-jauh hari sebelumnya
sudah melakukan kaderisasi terhadap para selebritis sehingga mereka
cakap dan kompeten dalam berpolitik dan menterjemahkan fungsi-fungsi
politiknya.
Namun yang terjadi justru sebaliknya. Menurut Koordinator Forum
Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Sebastian Salang, banyak
partai politik yang sengaja menggaet artis hanya dijadikan sebagai
[alat untuk menjaring] vote getter semata. Mereka memanfaatkan
popularitas artis untuk menarik masa yang ada (Kompas.com, 28/4).
"Partai pragmatis untuk mendulang suara yang besar. Artis-artis yang
populer dipakai untuk menghasilkan suara yang besar dan kursi di DPR,"
kata Sebastian Salang, Minggu (28/4/2013).
Small think vs. Big think
Partai-partai politik (parpol) seharusnya berpikir jauh ke depan untuk
kepentingan masyarakat bukan kepentingan sesaat dalam jangka pendek.
Masyarakat seharusnya diberikan pendidikan politik cerdas dan sehat.
Masyarakat harus diajarkan bagaimana cara bijak memilih wakil-wakil
rakyat yang berkualitas sehingga mampu menyuarakan dan memperjuangkan
aspirasi mereka di parlemen.
Sebagai konsekuensinya maka parpol harus menawarkan kader yang sudah
terdidik dengan baik dalam berpolitik dan melakukan pelayanan kepada
masyarakat atau menawarkan tokoh-tokoh masyarakat yang memang sudah
teruji sebagai figur yang yang mampu memberikan kontribusinya bagi
masyarakat, bangsa dan negara.
Belajar dari pandangan Bernd H. Schmitt (2007) dalam bukunya "Big Think
Strategy: How to Leverage Bold Ideas and Leave Small Thinking Behind"
saatnya parpol-parpol meninggalkan cara berpikir kerdil (small thinking)
dan beralih untuk berpikir besar (big thinking) pada masa yang akan
datang.
Masyarakat harus diajarkan agar mampu membedakan antara parpol yang
berpikiran kerdil (parpol kerdil) dan parpol yang berpikiran besar
(parpol besar). Parpol kerdil cenderung menjadikan figur artis atau
selebritis sebagai pengungkit. Parpol ini menggunakan artis untuk
mengungungkit perolehan suara atau menjadikan artis hanya sebagai vote
getter menurut Sebastian Salang tersebut di atas.
Sebaliknya parpol yang berpikiran besar tidak membutuhkan figur
pengungkit. Parpol semacam ini hanya membutuhkan kreativitas dan
perubahan (creativity and change). Parpol ini memilih melakukan
kreativitas tanpa batas dan melakukan perubahan perlahan namun pasti
sebagai pencapaian prestasi atas apa yang mereka cita-citakan.
Parpol kerdil memilih untuk berpikiran sempit (narrow-mindedness). Artis
dan figur instant lainnya dijadikan semata-semata sebagai sarana
mencapai kepentingan parpol dan sekedar untuk meramaikan dan memeriahkan
pesta demokrasi. Pesta demokrasi identik sebagai pesta gemerlap yang
melekat dengan dunia para artis.
Lain lagi dengan parpol parpol besar. Parpol besar membutuhkan
kepemimpinan visioner (visionary leadership). Kebutuhan parpol besar
adalah kepemimpinan, baik kepemimpinan personal yang tercermin dari
kepemimpinan Presiden atau Ketua parpol maupun kepemimpinan kolektif
yang terlihat dari kemampuan manajemen seluruh kader parpol secara
terstruktur, terukur dan teratur. Kader-kader ini mampu mengarahkan
haluan parpolnya ke arah yang lebih baik meskipun tanpa komando dari
atas. Mewujudkan tujuan bersama yang mulia adalah cita-cita parpol
besar.
Parpol kerdil cenderung menghindari risiko dibandingkan dengan parpol
besar yang memiliki ide-ide dan aksi-aksi berani. Parpol kerdil takut
menghadapi risiko kekalahan dalam putaran kompetisi pesta demokrasi
sehingga mereka membutuhkan figur-figur instant dan bajakan agar tampak
sebagai partai yang konsisten dan dekat dengan rakyatnya. Sebaliknya
parpol besar lebih memilih menawarkan ide-ide berkualitas dan berguna
bagi masyarakat serta menawarkan terobosan baru dalam memaknai pesta
demokrasi. Kemenangan tidak harus diwujudkan dengan gemerlap dan
kemewahan seorang figur melainkan dari kapasitas, kapabilitas dan
kualitas figur yang sudah terbukti di masyarakat binaannya. Kekalahan
bagi parpol besar bukanlah kehancuran melainkan awal dari suatu gerakan
perubahan.
Bagian terpenting dalam membedakan parpol kerdil dan parpol besar
terlihat dalam perhatian dan fokus parpol. Parpol kerdil lebih
memperhatikan hal-hal yang sifatnya jangka pendek sehingga jadilah
sebagai parpol dengan fokus jangka pendek (short-term focus). Hal ini
dapat terukur dengan jelas dengan aktivitas-aktivitas reaktif dan
sesaat. Jika menyumbang atau memberikan bantuan kepada masyarakat
biasanya karena ada kepentingan bagi pesta demokrasi yang semakin
mendekat. Sebelumnya tidak pernah dekat dengan masyarakat tiba-tiba
menjadi super aktif dan menyalurkan banyak sumbangan dan bantuan.
Kemilaunya akan kian meredup dan semakin jauh ketika musim kampanye
telah berlalu.
Berbeda halnya dengan parpol besar yang selalu menjaga stamina dan
konsistensi mereka dalam memberikan sumbangan positif bagi kemajuan dan
perkembangan masyarakat, bangsa dan negara. Bagi parpol besar
konsistensi dan kerja keras selali ditujukan untuk dampak akhir (lasting
impact) yang lebih baik sehingga membutuhkan kerja keras dan kesabaran
untuk selalu berjuang bersama masyarakat tanpa mengenal musim dan waktu.
Sumbangan parpol besar biasanya kecil-kecil, tetapi memberikan dampak
besar bagi perkembangan dan kemajuan masyarakat karena dilakukan secara
berkelanjutan dan konsisten. Itulah parpol berpikiran besar.
Kader dan simpatisan PKS selalu berharap agar partai ini menjadi parpol
besar. Parpol dengan pikiran-pikiran besar. Partai kreatif dan menjadi
pelopor perubahan ke arah yang lebih baik. Partai visioner dengan
kepemimpinan yang mampu menawarkan perubahan. Parpol dengan ide-ide dan
aksi-aksinya yang berani, progresif dan revolusioner. Parpol yang selalu
menjadikan tujuan akhirnya sebagai cita-cita mulia dan tertinggi yang
bisa berdampak dalam bagi kehidupan dan perkembangan masyarakat yang
lebih baik serta bangsa dan negara yang berkemajuan. Salam cinta, kerja
dan harmoni[].
Tainan City, Taiwan, 29 April 2013
Abi Fahmi Azizi
@abifahmiazizi
DPD PKS Siak - Download Android App