Menyusun Sendiri Kebahagiaan Diri
By: Abol Ezz
Minggu, 01 September 2013
0

pkssiak.org - Di sebuah kelas, seorang guru membagikan sebuah kertas mewarnai yang berisi gambar pemandangan beserta satu kotak crayon kepada anak-anak murid TK-nya. Untuk pembagian crayon, mereka tidak diberikan 12 jenis pinsil warna yang komplit. Tapi paling banyak hanya 8 warna. Tiap anak mendapat pensil warna berbeda-beda. Sengaja untuk memancing kreativitas anak.
Di antara murid-murid tersebut, terdapat 2
anak yang spesial di antara mereka. Kedua-duanya hanya memiliki warna
hitam, putih, merah, kuning, dan biru. Kedua anak tersebut berbeda
sikapnya saat bekerja mewarnai kertas tesebut.
Salah seorang dari mereka uring-uringan
tidak mau mewarnai. "Bagaimana bisa mewarnai?", pikirnya. "Gambar
matahari yang ada pada kertas tersebut, seharusnya diwarnai dengan warna
oranye. Tapi aku tidak mendapati warna oranye di kotak crayon yang
dibagikan. Gambar pepohonan seharusnya diwarnai dengan warna hijau. Tapi
tidak ada warna hijau. Selain itu, tidak ada warna biru muda. Yang ada
warna biru tua. Padahal aku ingin langit diwarnai dengan warna biru
muda"
Anak tersebut begitu idealisnya. Ia tidak
bisa menerima kekurangan-kekurangan yang ada. Akhirnya, alih-alih
mewarnai, ia hanya merajuk diam tanpa melakukan apa pun. Ia hanya bisa
iri atas teman lain yang memiliki pinsil warna yang lengkap.
Anak yang lain malah asyik mewarnai.
Memang, warna yang tersedia tidak komplit. Tapi itu tidak menghalanginya
untuk mendapatkan keasyikan dari aktifitas mewarnai. Ia cukup cerdas
mengakali kekurangan warna tersebut. Untuk mewarnai gambar matahari,
mula-mula ia beri warna kuning. Lalu warna kuning itu ia timpa dengan
warna merah. Hasilnya, warna oranye yang cerah untuk matahari.
Begitu juga untuk warna pepohonan,
mula-mula ia beri warna biru, lalu ia campurkan dengan warna kuning
sehingga membentuk warna hijau. Lalu untuk warna langit, mula-mula ia
beri warna biru tua. Setelah itu ia goreskan pinsil warna putih sehingga
warna birunya sedikit memudar.
Saudaraku, setidaknya itu menggambarkan
penyikapan insan atas apa yang diterimanya. Ada manusia yang sulit
menerima kekurangan-kekurangannya. Ia menghabiskan waktunya untuk
mengeluh karena tidak memiliki apa yang orang lain miliki. Ia mengeluh
karena istri yang dimilikinya tidak cantik, atau gaji yang diterimanya
tidaklah memadai, atau pekerjaan yang digelutinya tidak menyenangkan,
dsb.
Insan model tersebut, adalah insan yang
berkata, "Ah, andai gajiku lebih besar lagi, tentu aku bisa berinfak".
"Ah, andai istriku cantik, tentu mudah untuk ghodul bashor." "Ah, andai
pekerjaanku tidak terlalu sibuk, tentu aku bisa menghafal Al-Qur’an."
Orang seperti ini tidak bisa bahagia atas
apa yang dimilikinya. Ia tidak mampu menyusun sendiri kebahagiaan
dirinya. Dalam cerita di atas, orang seperti ini jauh berbeda dengan
sikap anak yang kedua.
Bandingkan dengan sikap anak yang kedua.
Ia adalah profil orang yang mampu menyusun sendiri kebahagiaan dirinya
atas apa yang ia miliki. Ia tidak peduli dengan apa yang tidak
dimilikinya, dan tidak peduli atas apa yang orang lain miliki. Orang
seperti ini kebahagiaannya tidak bisa didikte oleh keterbatasan. Dengan
apa yang dimilikinya, ia mampu menciptakan kebahagiaan.
Kebahagiaan terbentuk bukan tergantung
dari keberadaan materi, tapi tergantung dari keberkahan materi. Sebuah
materi menjadi berkah manakala ia memberikan manfaat bagi pemiliknya.
Aktivitas orang tipe kedua juga tidak
bisa didikte oleh keterbatasan. Apabila ia ingin bersedekah tapi
benar-benar tidak punya barang untuk disedekahkan, maka ia bisa
melakukan sholat dhuha, atau ia bisa menawarkan tenaganya untuk membantu
orang lain. Minimal, ia memiliki senyum untuk disedekahkan kepada orang
lain.
"Bagi
masing – masing ruas dari anggota tubuh salah seorang diantara kalian
harus dikeluarkan sedekah. Setiap tasbih adalah sedekah, Setiap tahmid
adalah sedekah, Setiap takbir adalah sedekah, memerintahkan untuk
melakukan kebaikan adalah sedekah, melarang dari kemungkaran adalah
sedekah, dan semua itu dapat tercukupi dengan melakukan dua rakaat
sholat Dhuha.” (HR. Muslim)
Saudaraku, susunlah kebahagian sendiri atas apa yang kita miliki.(andaleh)
DPD PKS Siak - Download Android App